UMKMJATIM.COM — Para petani di berbagai wilayah Kabupaten Ponorogo tengah menghadapi kekhawatiran serius akibat serangan hama wereng yang menyebar dengan cepat.
Serangan ini telah menyebabkan kerusakan parah pada tanaman padi, terutama di Kelurahan Bangunsari, Kecamatan Ponorogo, serta beberapa daerah lainnya.
Salah satu petani setempat, Ahmad Subkhi, mengungkapkan bahwa kondisi serangan hama kali ini terbilang luar biasa.
Ia menyebut, hamparan sawah yang terkena hama sangat luas dan tingkat penyebarannya sangat tinggi.
Dalam waktu semalam, wereng bisa menyebar ke lahan lain, bahkan merusak tanaman padi yang sebelumnya dalam kondisi sehat dan subur.
Menurutnya, sebagian tanaman masih bisa diselamatkan, tetapi banyak juga yang akhirnya ditinggalkan karena biaya penanganannya dianggap tidak sebanding dengan hasil panen.
Ia mengaku, jika harus terus merawat tanaman yang terserang parah, kerugiannya justru makin besar.
“Kalau sudah terlalu parah, pengobatan malah lebih mahal dari hasilnya. Akhirnya ya dibiarkan begitu saja. Ini kerugiannya bisa total,” keluhnya.
Ahmad berharap pemerintah, khususnya dinas pertanian, segera mengambil langkah tegas dengan menyalurkan pestisida secara merata kepada petani.
Ia menilai, jika dibiarkan tanpa penanganan, bukan hanya petani yang dirugikan, tetapi juga bisa berdampak pada ketersediaan stok pangan nasional.
“Serangan ini bukan hanya di satu titik. Hampir semua wilayah di Ponorogo terdampak.
Pemerintah harus segera bertindak sebelum kerusakan meluas dan mengancam ketahanan pangan kita,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa serangan wereng dimulai dari pangkal batang padi.
Hama tersebut kemudian menghisap batang tanaman hingga warnanya berubah dari hijau menjadi cokelat, yang akhirnya menyebabkan tanaman layu dan mati.
Senada dengan Ahmad, petani lain bernama Junaidi juga mengeluhkan kondisi serupa.
Ia mengatakan bahwa serangan wereng sangat agresif dan dapat merusak satu hektare lahan hanya dalam satu malam.
Menurutnya, faktor cuaca yang tidak menentu turut memperparah serangan hama tersebut.
“Kalau belalang masih bisa diatasi keesokan harinya. Tapi wereng beda. Kalau penyemprotan ditunda sehari saja, sawah bisa habis total. Sangat cepat dan mematikan,” tegasnya.
Tak hanya di Bangunsari, petani di Desa Winong, Kecamatan Jetis, serta sejumlah daerah lain di wilayah Bumi Reog juga mengalami dampak serupa.
Wabah wereng kali ini dinilai sebagai salah satu yang paling parah dalam beberapa tahun terakhir.
Para petani berharap adanya aksi cepat dari pemerintah daerah dan pusat, baik dalam bentuk bantuan pestisida maupun pendampingan teknis agar dampak serangan ini dapat ditekan.
Jika tidak segera ditangani, ketakutan akan gagal panen secara massal bukanlah hal yang mustahil terjadi.***