UMKMJATIM.COM – Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional dan memperjuangkan keberpihakan kepada petani lokal, Perum Bulog menyatakan akan menjalin kerja sama strategis dengan Koperasi Desa Merah Putih.
Sinergi ini menjadi bagian dari langkah pemerintah untuk membangun sistem pangan yang terintegrasi dari hulu hingga hilir berbasis kemitraan desa.
Hal ini diungkapkan oleh Dini Desvalina, Koordinator Keasdepan Industri Pangan dan Pupuk Kementerian BUMN, saat menghadiri agenda kemitraan pertanian di Sidoarjo pada Senin (4/8/2025).
Menurutnya, konektivitas ekosistem pangan nasional sangat krusial dan tidak bisa dibangun oleh satu pihak saja, termasuk Bulog.
Dini menjelaskan bahwa Kementerian BUMN tengah fokus memperluas model kemitraan strategis yang mencakup bukan hanya distribusi hasil panen, tetapi juga penguatan struktur ekonomi pedesaan.
Dalam konteks ini, peran koperasi desa menjadi kunci sebagai agregator sekaligus penghubung antara kelompok tani dengan perusahaan negara seperti Bulog.
Ia menegaskan bahwa koperasi modern seperti Desa Merah Putih bisa menjadi motor penggerak baru dalam rantai distribusi pangan nasional yang lebih adil dan transparan.
Fokus pemerintah bukan hanya pada penyerapan beras, melainkan juga pada aspek tata kelola, akses pembiayaan, dan sistem distribusi yang tertata rapi.
“Koperasi desa yang solid bisa menjadi solusi jangka panjang untuk memperkuat ketahanan pangan, karena mampu menyelesaikan persoalan klasik petani seperti akses pasar yang terbatas dan harga jual yang fluktuatif,” ungkap Dini.
Melalui skema kolaboratif ini, Koperasi Merah Putih akan bertugas menyerap langsung hasil panen dari para petani anggota dan menyalurkannya ke Bulog dengan sistem harga acuan nasional yang telah ditetapkan.
Sistem ini diharapkan mampu memberikan kepastian dan keuntungan yang adil bagi petani, sekaligus menjamin stabilitas pasokan pangan nasional.
Sugeng Wicaksono, perwakilan dari Koperasi Desa Merah Putih, menyambut baik kolaborasi tersebut.
Ia mengungkapkan bahwa pihaknya siap menjadi mitra aktif dalam mendukung program kedaulatan pangan nasional, termasuk dalam proses pencatatan digital hasil panen hingga distribusi ke gudang Bulog.
Menurut Sugeng, koperasinya telah melakukan sejumlah transformasi internal, termasuk digitalisasi dan pembinaan kelompok tani.
Dengan adanya kemitraan ini, ia berharap kesejahteraan petani semakin meningkat dan ekonomi desa ikut tumbuh secara berkelanjutan.
Langkah kolaboratif antara Bulog dan koperasi ini dianggap sebagai bentuk reformasi tata niaga pangan yang tidak hanya fokus pada efisiensi distribusi, tetapi juga memberikan ruang keadilan bagi petani lokal.
Pemerintah berharap agar pendekatan ini bisa memperkuat fondasi kedaulatan pangan berbasis desa dan juga mendukung pembangunan ekonomi masyarakat akar rumput.***