UMKMJATIM.COM – Luas area tanam jagung di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, hingga awal Agustus 2025 tercatat mencapai 8.183,6 hektare.
Angka ini menunjukkan adanya peningkatan minat petani beralih ke komoditas jagung pada musim kemarau kedua (MK II), terutama saat pasokan air irigasi mulai berkurang.
Dinas Pertanian Jombang menyatakan bahwa jagung menjadi salah satu pilihan utama dengan alasan kebutuhan airnya yang lebih rendah dibandingkan padi.
Pada musim kemarau, ketika sumur pompa tidak tersedia atau aliran irigasi terbatas, tanaman jagung dianggap lebih adaptif dan efisien untuk dibudidayakan.
Berdasarkan data resmi, Kecamatan Mojowarno menjadi wilayah dengan area tanam jagung terbesar, yakni 1.900 hektare.
Di urutan berikutnya, Kecamatan Ngoro memiliki 1.245 hektare, disusul Kecamatan Sumobito dengan 1.150 hektare, serta Kecamatan Jogoroto seluas 685 hektare.
Sementara itu, hingga awal Agustus, tercatat ada tiga kecamatan yang belum memulai penanaman jagung, yaitu Megaluh, Kabuh, dan Plandaan.
Meski capaian ini terbilang positif, pemerintah daerah belum dapat memetakan secara menyeluruh perkembangan penanaman jagung di seluruh wilayah.
Yang menjadi kendala salah satunya adalah perbaikan Bendung Karet Menturus di Kecamatan Kudu yang memengaruhi distribusi air.
Kondisi ini berdampak langsung pada pola tanam, karena aliran irigasi yang terganggu membuat sebagian lahan belum dapat diolah secara optimal.
Selain hambatan infrastruktur, sebagian wilayah di Jombang juga masih berada dalam zona program wajib tanam padi.
Hal ini membatasi jumlah lahan yang bisa dialihkan untuk jagung, meskipun kondisi iklim saat ini lebih mendukung penanaman komoditas tersebut.
Dinas Pertanian menyatakan bahwa pemantauan pola tanam akan terus dilakukan hingga akhir musim kemarau.
Hasil pemantauan ini akan menjadi acuan penting dalam perencanaan musim tanam berikutnya, agar strategi penggunaan lahan dan ketersediaan air dapat diatur dengan lebih efektif.
Dalam situasi kemarau, jagung dinilai sebagai solusi strategis untuk mempertahankan produktivitas pertanian.
Selain tahan terhadap kekurangan air, tanaman ini juga memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjikan bagi petani.
Dengan pengolahan yang benar, hasil panen jagung bisa menjadi penopang pendapatan sekaligus menjaga ketahanan pangan daerah.
Pemerintah daerah berkomitmen memberikan pendampingan teknis kepada petani, mulai dari pemilihan varietas unggul, metode penanaman yang hemat air, hingga pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi dan memberikan keuntungan maksimal bagi petani meskipun berada dalam kondisi keterbatasan sumber daya air.
Dengan tren beralihnya petani ke jagung pada MK II ini, Kabupaten Jombang diharapkan mampu menjaga stabilitas produksi pertanian sekaligus memanfaatkan potensi lahan secara optimal.
Langkah ini menjadi salah satu strategi penting menghadapi perubahan pola musim yang kian dinamis akibat perubahan iklim.***