UMKMJATIM.COM – Musim panen kali ini membawa dampak besar bagi para petani sayuran di kawasan Malang.
Lonjakan produktivitas membuat pasokan sayuran di Pasar Karangploso membludak jauh di atas kapasitas normal.
Apabila biasanya hanya sekitar satu ton per hari, kini stok bisa mencapai lima ton per hari.
Kondisi ini mengakibatkan harga jual sayuran turun drastis hingga sebagian tidak laku di pasaran.
Kepala Paguyuban Pedagang Pasar Karangploso, Sumarno, menyampaikan bahwa kelebihan pasokan membuat banyak sayuran tidak terjual.
Beberapa pedagang bahkan terpaksa membuang sebagian hasil panen atau memberikannya kepada peternak sebagai pakan ternak.
Ia menjelaskan bahwa situasi ini menjadi salah satu yang terparah dalam beberapa tahun terakhir.
Beberapa komoditas yang terkena dampak terbesar adalah tomat, brokoli, sledri, sawi daging, dan sawi putih.
Harga brokoli yang sebelumnya berada di kisaran Rp10.000 per kilogram kini hanya dijual sekitar Rp4.000 hingga Rp6.000. Penurunan harga ini membuat keuntungan pedagang dan petani menurun drastis.
Kondisi lebih buruk dialami oleh sawi daging dan andewi. Kedua jenis sayuran tersebut nyaris tidak memiliki nilai jual.
Sebelumnya, sawi daging bisa dijual dengan harga Rp5.000 per kilogram, namun kini bahkan dengan harga Rp1.000 saja tidak ada pembeli.
Hal yang sama terjadi pada andewi yang biasanya dijual Rp25.000 per kilogram, tetapi kini nilainya merosot hingga setara dengan sawi daging.
Melimpahnya pasokan yang tidak terserap pasar membuat sebagian pedagang memilih membagikan sayuran secara gratis kepada masyarakat sekitar.
Sementara itu, pedagang lain menjadikan hasil panen tersebut sebagai pakan untuk kambing dan sapi.
Menurut Sumarno, langkah ini dilakukan untuk mengurangi kerugian yang semakin membebani para petani dan pedagang.
“Pasar tidak mampu menampung volume sayuran sebanyak ini,” ungkapnya.
Dirinya menilai bahwa tanpa adanya intervensi dari pemerintah atau solusi distribusi yang lebih luas, fenomena anjloknya harga sayuran bisa terus berulang setiap musim panen raya.
Situasi ini menciptakan dilema bagi para petani.
Di satu sisi, mereka berhasil meraih hasil panen melimpah, tetapi di sisi lain pendapatan mereka justru merosot karena hasil panen tidak laku di pasaran.
Banyak petani berharap pemerintah daerah atau pihak terkait dapat membuka jalur distribusi baru ke daerah lain yang kekurangan pasokan sayuran, sehingga harga dapat kembali stabil.
Dengan kondisi ini, para pedagang dan petani sayuran di Malang berharap ada kebijakan yang mampu menstabilkan harga, seperti operasi pasar atau program pembelian hasil panen oleh pemerintah untuk mencegah kerugian yang lebih besar.***