UMKMJATIM.COM – Upaya meningkatkan literasi keuangan di kalangan petani terus dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat (Abdimas).
Salah satu program terbaru menyasar kelompok tani salak dengan fokus pada pencatatan kas harian, pengelolaan stok barang, dan pencatatan hasil penjualan.
Dalam kegiatan ini, setiap petani mendapatkan buku catatan keuangan sederhana yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas usaha sehari-hari.
Menurut penjelasan tim, pencatatan keuangan tidak hanya berguna untuk mengetahui arus masuk dan keluar uang, tetapi juga membantu petani memahami kondisi finansial usaha mereka secara lebih jelas.
Catatan tersebut dapat menjadi dasar dalam mengambil keputusan bisnis, seperti kapan harus menambah modal, membeli bibit, atau melakukan strategi pemasaran.
Para petani tampak antusias saat menerima pelatihan pencatatan keuangan ini. Namun, kegiatan tidak berhenti pada tahap awal saja.
Tim Abdimas sudah menyiapkan rangkaian pelatihan lanjutan dengan tema perencanaan keuangan usaha dan keluarga.
Hasil survei awal menunjukkan, mayoritas petani salak belum memiliki dana darurat dan sebagian masih sangat bergantung pada pinjaman konsumtif.
Kondisi ini tentu berisiko karena jika terjadi kebutuhan mendadak, mereka tidak memiliki cadangan keuangan yang memadai.
Menanggapi permasalahan tersebut, tim Abdimas memberikan edukasi tentang pentingnya menyisihkan sebagian pendapatan untuk dana darurat.
Dana ini disebut sebagai “uang dingin” yang hanya digunakan dalam kondisi darurat, misalnya ketika ada anggota keluarga sakit atau saat hasil panen menurun drastis.
Cara menabung dana darurat juga diperkenalkan dengan metode sederhana. Petani diajak untuk menyisihkan minimal Rp5.000 setiap hari.
Uang tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kaleng tabungan khusus yang tidak bisa dibuka sewaktu-waktu.
Metode ini dinilai efektif untuk membiasakan petani menabung secara konsisten tanpa tergoda mengambilnya untuk keperluan konsumtif.
Selain pencatatan dan dana darurat, tim Abdimas juga membekali petani dengan dompet khusus bersekat.
Dompet ini dibagi menjadi beberapa kantong sesuai kategori pengeluaran, seperti kebutuhan rumah tangga, usaha, pendidikan anak, hingga tabungan.
Tujuan pemberian dompet bersekat ini adalah memberikan pemahaman praktis tentang pentingnya penganggaran.
Dengan metode ini, petani bisa lebih mudah mengontrol pengeluaran dan memastikan uang digunakan sesuai prioritas.
Program Abdimas ini diharapkan tidak hanya memberi pengetahuan jangka pendek, tetapi juga membentuk kebiasaan baru dalam pengelolaan keuangan.
Dengan pencatatan yang rapi, dana darurat yang tersedia, serta sistem penganggaran yang jelas, petani salak diharapkan mampu lebih mandiri secara finansial dan terhindar dari jeratan utang konsumtif.
Lebih jauh lagi, pelatihan ini diharapkan menjadi model pembinaan keuangan yang bisa diterapkan pada kelompok tani lainnya.
Jika petani terbiasa mengelola keuangannya dengan baik, maka kesejahteraan keluarga petani dapat meningkat, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi lokal di wilayah tersebut.***