UMKMJATIM.COM – Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat di Kabupaten Jombang dihadapkan pada kenaikan harga telur ayam di sejumlah pasar tradisional.
Kenaikan ini dipicu oleh cuaca ekstrem yang melanda wilayah tersebut, sehingga berdampak langsung terhadap produktivitas ayam petelur.
Kondisi iklim yang tidak menentu menyebabkan penurunan produksi telur dan berkurangnya pasokan di pasaran.
Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Jombang, M. Saleh, menjelaskan bahwa perubahan suhu yang terjadi secara tiba-tiba membuat ayam mengalami stres dan berpengaruh terhadap penurunan produksi telur.
Ia menyebut bahwa peralihan cuaca dari panas terik menuju hujan deras dalam waktu singkat membuat kondisi lingkungan menjadi kurang ideal bagi ayam petelur.
Akibatnya, produktivitas menurun dan pasokan ke pasar menjadi terbatas.
Saleh menuturkan bahwa penurunan produksi telur akibat cuaca panas ekstrem mencapai sekitar 10 persen.
Ia menyampaikan bahwa kondisi ini terjadi karena suhu panas yang cukup tinggi beberapa waktu lalu mengganggu metabolisme ayam, sehingga menurunkan frekuensi bertelur.
Dampaknya, harga telur di tingkat peternak maupun pasar mengalami kenaikan dalam kurun waktu dua pekan terakhir.
Menurut laporan yang diterima Dinas Peternakan, harga telur di tingkat peternak sempat menembus angka Rp 26.700 per kilogram.
Namun, memasuki akhir Oktober 2025, harga mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan menjadi sekitar Rp 26.000 per kilogram.
Meski demikian, harga tersebut masih tergolong tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Sebagai langkah antisipasi, Disnak Jombang terus melakukan pembinaan kepada para peternak ayam petelur.
Program pembinaan tersebut meliputi pendampingan teknis dalam menjaga kesehatan ternak, pengelolaan suhu kandang, serta manajemen pakan yang sesuai dengan kondisi cuaca.
Dinas juga aktif memantau kondisi di lapangan untuk memastikan produksi tetap berjalan dan potensi kerugian peternak dapat diminimalkan.
Saleh menambahkan bahwa pihaknya terus mendorong peternak agar menjaga stabilitas produksi melalui penerapan sistem pemeliharaan modern yang tahan terhadap perubahan iklim.
Ia juga menekankan pentingnya pengawasan berkala terhadap kondisi kandang serta penerapan biosekuriti untuk mencegah penyakit yang dapat memperparah situasi di tengah cuaca ekstrem.
Pemerintah daerah berharap kondisi cuaca di wilayah Jombang segera stabil agar produksi telur ayam bisa kembali normal.
Dengan meningkatnya produktivitas ayam petelur, diharapkan pasokan telur ke pasar kembali lancar dan harga dapat turun ke level yang lebih terjangkau bagi masyarakat.
Cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini menjadi pengingat pentingnya adaptasi sektor peternakan terhadap perubahan iklim.
Selain menekan dampak ekonomi akibat kenaikan harga bahan pangan, langkah antisipatif ini juga menjadi bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan daerah.***











