UMKMJATIM.COM – Batik bukan hanya sekadar kain bermotif indah, melainkan warisan budaya yang mengandung nilai sejarah dan identitas bangsa.
Namun, di balik keindahannya, terdapat tantangan besar terkait regenerasi pengrajin.
Jika tidak dikelola dengan serius, keberlangsungan batik sebagai warisan bisa menghadapi keterbatasan.
Musaffa, salah satu pemerhati batik, menilai bahwa batik menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar.
Menurutnya, apabila dikelola secara kreatif, batik dapat berkembang tidak hanya sebagai simbol budaya, tetapi juga sebagai produk bernilai ekonomi tinggi.
Ia menekankan pentingnya keberlanjutan generasi pengrajin batik agar tradisi ini tidak berhenti di tengah jalan.
Selain regenerasi, inovasi dalam desain dan teknik menjadi aspek penting agar batik tetap memiliki ruang di tengah derasnya tren global.
Musaffa menyampaikan bahwa motif klasik memang harus dijaga sebagai ciri khas batik Indonesia.
Namun, agar tidak ditinggalkan oleh pasar, batik perlu menyesuaikan diri dengan selera modern, baik dari sisi warna, gaya, maupun fungsi produk.
Dengan pendekatan kreatif, batik bisa dihadirkan dalam berbagai bentuk produk baru, mulai dari fashion modern hingga interior rumah.
Cara ini diyakini mampu memperluas pasar batik, baik di dalam negeri maupun internasional.
Batik tidak hanya berbicara tentang warisan budaya, tetapi juga menjadi bagian penting dari ekonomi kreatif nasional.
Musaffa menegaskan bahwa para pengrajin harus dipandang bukan sekadar penjaga tradisi, melainkan juga pelaku ekonomi yang berperan besar dalam pembangunan bangsa.
Dengan dukungan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, pengrajin batik bisa mendapatkan apresiasi yang lebih layak.
Melalui pemberdayaan, pelatihan, hingga akses pasar yang lebih luas, pengrajin diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup sekaligus menjaga keberlanjutan tradisi batik.
Peringatan Hari Batik Nasional setiap tanggal 2 Oktober bukan hanya simbol atau acara seremonial.
Momentum ini harus menjadi panggilan untuk bertindak nyata dalam melestarikan sekaligus mengembangkan batik.
Musaffa mengingatkan bahwa Hari Batik Nasional seharusnya dijadikan kesempatan untuk memperkuat komitmen bersama dalam menghargai pengrajin.
Dengan begitu, batik tidak hanya dipandang sebagai peninggalan budaya, tetapi juga sebagai aset strategis yang bisa mendukung ekonomi kreatif dan membawa nama Indonesia di kancah dunia.
Hari Batik Nasional 2025 menegaskan pentingnya regenerasi pengrajin, inovasi desain, serta dukungan ekosistem ekonomi kreatif untuk menjaga keberlanjutan batik.
Dengan kombinasi antara tradisi dan modernitas, batik diyakini akan tetap hidup, relevan, dan mendunia.
Batik adalah identitas sekaligus peluang besar.
Tugas bersama masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha adalah memastikan warisan ini terus bernapas, menjadi kebanggaan, serta berkontribusi nyata bagi kesejahteraan bangsa.***