UMKMJATIM.COM – Dalam menghadapi derasnya arus globalisasi dan perubahan tren mode, para pembatik Sampang berkolaborasi dengan Griya Batik Heny untuk mempertahankan eksistensi batik tulis.
Kolaborasi ini tidak hanya mencerminkan kerja sama lintas daerah, tetapi juga strategi kolektif dalam menjawab tantangan pemasaran batik di tengah maraknya industri fast fashion.
Heny, pemilik Griya Batik Heny, menuturkan bahwa salah satu hambatan terbesar saat ini adalah persaingan dengan batik printing.
Produk massal tersebut bisa dijual dengan harga jauh lebih murah, sehingga menekan pasar batik tulis.
Namun, melalui sinergi ini, mereka berkomitmen mengedukasi masyarakat bahwa batik tulis adalah karya seni yang memiliki nilai sejarah dan budaya, bukan sekadar kain biasa.
Ia menambahkan bahwa harga batik tulis yang relatif lebih tinggi sebenarnya mencerminkan proses panjang yang melibatkan keterampilan tangan, kreativitas, dan waktu yang tak sedikit.
Oleh karena itu, strategi storytelling dan pendekatan desain fungsional digunakan agar konsumen memahami bahwa setiap helai batik memiliki cerita serta nilai estetika yang tidak bisa disamakan dengan produksi mesin.
Kolaborasi ini juga diarahkan pada pembaruan desain agar batik tulis semakin diminati semua kalangan.
Motif khas Sampang dipadukan dengan sentuhan modern dari Griya Batik Heny, sehingga lahirlah karya yang stylish, dinamis, dan relevan bagi generasi muda maupun dewasa.
Heny menegaskan bahwa inovasi desain menjadi kunci menjaga keberlanjutan batik tulis di tengah selera pasar yang terus berubah.
Dengan pendekatan tersebut, batik tidak hanya dipandang sebagai busana tradisional, tetapi juga bisa menjadi bagian dari gaya hidup modern.
Tidak berhenti di pasar lokal, kolaborasi ini juga diarahkan menuju pasar global. Produk batik tulis kini dikemas dalam bentuk ready to wear sehingga lebih mudah diterima konsumen internasional.
Dalam beberapa pameran berskala besar, mereka sudah melakukan presentasi di hadapan calon pembeli luar negeri.
Bahkan, saat ini promosi ke kancah internasional, salah satunya di Malaysia, sedang dipersiapkan secara intensif.
Kehadiran Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka saat mengunjungi booth Griya Batik Heny di ajang UMKM Expo internasional di Jakarta juga menjadi momentum penting untuk menunjukkan bahwa batik tulis layak bersaing di panggung dunia.
Kolaborasi pembatik Sampang dengan Griya Batik Heny membuktikan bahwa batik tulis mampu beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan nilai tradisinya.
Inovasi dalam desain, strategi pemasaran berbasis cerita, hingga penetrasi pasar global, semuanya menjadi langkah konkret untuk menjaga keberlangsungan batik.
Lebih dari sekadar motif, batik tulis merepresentasikan identitas bangsa sekaligus warisan budaya yang patut dihargai.
Dengan langkah kolaboratif ini, para pelaku batik menunjukkan bahwa tradisi dapat berjalan seiring dengan modernitas, dan warisan budaya dapat menjadi motor penggerak ekonomi kreatif Indonesia.***