UMKMJATIM.COM – Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, gejolak harga bahan pokok mulai terasa di Pasar Keputran Surabaya.
Para pedagang di kawasan tersebut melaporkan adanya kenaikan pada sejumlah komoditas meskipun skalanya masih tergolong ringan.
Salah seorang pedagang sembako, Sholeh, menyampaikan bahwa perubahan harga yang terjadi bukan semata-mata disebabkan oleh momentum perayaan akhir tahun, melainkan lebih dipengaruhi oleh kondisi cuaca pada bulan Desember.
Sholeh menjelaskan bahwa curah hujan yang tinggi menyebabkan aktivitas petani di berbagai daerah mengalami hambatan.
Ia menuturkan bahwa tanaman seperti cabai, tomat, dan berbagai jenis sayuran menjadi lebih rentan terserang penyakit atau rusak karena kondisi tanah yang terlalu basah.
Hal ini membuat kualitas panen menurun dan memengaruhi jumlah pasokan yang masuk ke pasar.
Selain itu, proses distribusi dari lahan pertanian menuju kawasan permukiman atau pusat perdagangan juga mengalami kendala.
Sholeh menguraikan bahwa kondisi jalan yang licin dan becek membuat pengangkutan hasil panen tidak bisa dilakukan dengan lancar.
Situasi tersebut pada akhirnya berdampak pada stabilitas pasokan yang masuk ke pasar tradisional, termasuk Pasar Keputran.
Ia menilai bahwa cuaca ekstrem menjadi penyebab utama fluktuasi harga saat musim hujan.
Di banyak kasus, pedagang hanya mengikuti penyesuaian harga dari pemasok sehingga kenaikan terbesar tetap dirasakan oleh konsumen yang membeli langsung di pasar.
Menurut Sholeh, kondisi tersebut sudah menjadi pola tahunan setiap kali hujan intens terjadi pada akhir tahun.
Pada sejumlah komoditas tertentu, seperti tepung dan telur, kenaikan harga biasanya terasa lebih tajam.
Sholeh menyebutkan bahwa peningkatan kebutuhan bahan baku tersebut menjelang momen Nataru, khususnya untuk produksi roti dan kue, membuat permintaan meningkat secara signifikan.
Lonjakan permintaan inilah yang kemudian memicu penyesuaian harga di tingkat pasar.
Sementara itu, harga ayam dan daging disebutnya relatif stabil. Meski terjadi kenaikan, besarannya masih jauh lebih kecil dibandingkan kenaikan harga pada periode Idul Fitri yang biasanya memicu kenaikan menyeluruh pada hampir semua bahan pangan.
Sholeh menyampaikan bahwa kondisi pasar menjelang Nataru cenderung lebih terkendali dibandingkan momentum hari raya besar lainnya.
Ia juga menjelaskan bahwa durasi kenaikan harga di periode Nataru biasanya berlangsung dalam waktu yang singkat.
Kenaikan cukup terasa selama kurang lebih satu minggu sebelum perayaan, kemudian secara bertahap kembali normal setelah memasuki tahun baru.
Pola ini disebut sudah berulang dari tahun ke tahun sehingga pedagang maupun konsumen sudah dapat memperkirakan perubahan harga yang akan terjadi.
Dengan demikian, meski masyarakat mulai merasakan adanya kenaikan harga kebutuhan pokok, kondisi tersebut masih dalam batas wajar dan dipengaruhi faktor cuaca lebih besar daripada faktor musiman perayaan.
Para pedagang berharap cuaca membaik sehingga pasokan kembali lancar dan harga dapat stabil kembali.***











