UMKMJATIM.COM – Menjelang musim kemarau yang biasa menjadi periode ideal untuk penanaman tembakau, warga Desa Daleman, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang, mulai bersiap dengan membuat widik bambu—rak tradisional yang digunakan untuk menjemur tembakau.
Momen seperti ini menjadi rutinitas tahunan bagi masyarakat setempat yang menggantungkan penghidupannya pada sektor pertanian, khususnya untuk komoditas tembakau.
Meskipun saat ini kondisi cuaca masih belum sepenuhnya stabil, dengan curah hujan yang kadang masih turun, sebagian warga sudah mulai beraktivitas menyiapkan sarana pendukung seperti widik.
Salah satu warga Desa Daleman, Damhuji, menjelaskan bahwa pembangunan widik tetap dilakukan sebagai bentuk kesiapan menghadapi masa tanam.
Menurut Damhuji, meski kondisi cuaca belum sepenuhnya kering, tanda-tanda peralihan ke musim kemarau sudah mulai terlihat dalam beberapa hari terakhir dengan meningkatnya suhu udara dan juga berkurangnya intensitas hujan yang turun.
Damhuji juga menuturkan bahwa membuat widik memiliki nilai ekonomis tersendiri.
Bagi sebagian warga yang belum atau tidak menanam tembakau, pembuatan widik bisa menjadi alternatif sumber pendapatan.
Widik bambu yang dijual bisa mencapai harga antara Rp40 ribu hingga Rp45 ribu per unit, tergantung ukuran dan kualitas bambu yang digunakan.
“Bahkan meskipun belum menanam, saya tetap bisa memperoleh penghasilan dengan menjual widik ke petani lain yang sudah mulai menanam,” ujarnya.
Ia menganggap bahwa musim kemarau menjadi momentum penting bagi masyarakat petani untuk meningkatkan pendapatan, baik dari hasil panen tembakau maupun dari aktivitas pendukung seperti pembuatan alat pengering.
Lebih lanjut, Damhuji berharap kondisi cuaca segera benar-benar memasuki musim kemarau agar penanaman tembakau dapat segera dimulai.
Menurut pengalamannya, hasil panen yang maksimal biasanya bergantung pada kestabilan cuaca sejak awal penanaman hingga masa panen.
Masyarakat di Desa Daleman dikenal sebagai petani tembakau yang berpengalaman.
Aktivitas pertanian ini telah menjadi bagian dari tradisi dan budaya ekonomi masyarakat setempat selama puluhan tahun.
Tidak hanya sebagai sumber penghasilan utama, tembakau juga menjadi komoditas strategis yang mampu menggerakkan roda perekonomian desa.
Dalam musim tanam tembakau, berbagai sektor lokal turut terdampak secara positif, mulai dari penyedia benih, penyewaan lahan, jasa transportasi hasil panen, hingga industri pengolahan tembakau rumahan.
Oleh karena itu, persiapan menghadapi musim tanam menjadi hal penting yang tidak hanya dilakukan secara individu tetapi juga kolektif oleh warga desa.
Jika musim tanam tahun ini berjalan lancar dan cuaca mendukung, para petani berharap hasil tembakau bisa melimpah dan berkualitas tinggi,
sehingga mampu memberikan keuntungan besar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan dimulainya aktivitas persiapan seperti pembuatan widik, masyarakat Desa Daleman menunjukkan antusiasme tinggi dalam menyambut musim tanam tembakau, yang menjadi tumpuan utama ekonomi warga di wilayah tersebut.***