UMKMJATIM.COM – Di tengah gempuran industri pakaian jadi yang kian mendominasi pasar, seorang ibu rumah tangga asal Desa Wagir, Kabupaten Malang, tetap teguh menekuni profesinya sebagai penjahit rumahan.
Liani, nama yang sudah dikenal warga sekitar sebagai penjahit andal, telah menekuni usaha jahit sejak tahun 2012 dan dikenal akan ketelitiannya dalam menjahit gamis serta dress wanita.
Keunikan kisah Liani terletak pada perjalanannya yang serba mandiri. Berbekal ketekunan dan rasa penasaran, ia mempelajari teknik menjahit secara otodidak, tanpa mengikuti kursus atau pelatihan formal.
“Awalnya coba-coba saja, ternyata lama-lama jadi usaha sendiri dan bisa bantu tetangga juga,” ujarnya saat ditemui pada Sabtu (19/7/2025).
Meski persaingan di sektor fashion cukup ketat, terutama dengan maraknya produk massal dan toko online, Liani memilih untuk tetap bertahan dan memberikan pelayanan yang personal.
Ia mematok tarif jahit mulai dari Rp50.000 per potong, tanpa membedakan jenis bahan yang digunakan.
Bahkan untuk kain jenis kaos yang biasanya lebih sulit dijahit, Liani tetap memberlakukan harga yang sama.
“Karena tinggal di desa, saya ingin semua orang bisa menjahit bajunya tanpa khawatir mahal,” ungkapnya.
Dalam kesehariannya, Liani bisa menyelesaikan dua hingga tiga pesanan. Ia bekerja seorang diri dari rumah, dan menyelesaikan pakaian sesuai dengan permintaan detail dari pelanggan.
Lama pengerjaan bergantung pada tingkat kesulitan desain dan keinginan pelanggan. “Kadang pesanan ramai, kadang juga sepi. Tapi tetap disyukuri,” katanya.
Selain menjahit sesuai permintaan pelanggan, Liani sempat mencoba memperluas pasar dengan menjual hasil karyanya secara online melalui media sosial.
Usaha digital itu sempat membuahkan respons positif dari pelanggan luar desa.
Namun, keterbatasan modal dan peralatan membuat ia harus menghentikan penjualan online sementara waktu.
Meski begitu, Liani tetap berharap bisa kembali memasarkan produknya secara digital di masa mendatang.
“Kalau ada rezeki lebih, pengen jualan online lagi. Sekarang fokus dulu yang di rumah,” ujarnya dengan semangat.
Keteguhan Liani dalam mempertahankan usaha jahitnya di tengah tantangan zaman menjadi inspirasi tersendiri.
Di saat banyak orang beralih ke produk instan, ia memilih untuk terus merawat keterampilan tradisional yang justru semakin langka.
Usahanya tidak hanya menjadi sumber nafkah keluarga, tetapi juga bentuk kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar.
Dengan dedikasi dan semangat pantang menyerah, Liani membuktikan bahwa usaha rumahan pun bisa tetap bertahan dan memberi manfaat luas.
Ia pun berharap semakin banyak pelaku usaha kecil yang bisa berkembang dengan dukungan dari berbagai pihak, terutama di bidang pemasaran dan akses peralatan.***