UMKMJATIM.COM – Aktivitas petambak garam di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mengalami hambatan serius pada Rabu pagi (20/8/2025).
Hujan dengan intensitas sedang yang mengguyur wilayah tersebut pada malam sebelumnya membuat garam yang telah siap dipanen mencair dan kembali menjadi air laut.
Seorang petambak asal Desa Muangan, Kecamatan Saronggi, menyampaikan bahwa hujan berlangsung cukup lama sehingga garam yang semestinya bisa dipungut harus kembali menunggu proses kristalisasi ulang.
Ia menuturkan bahwa meski hujan tidak begitu deras, durasinya yang hampir tiga jam cukup merusak hasil panen.
Menurut keterangan petambak, hujan turun mulai pukul 23.00 hingga 01.00 dini hari.
Kristal garam yang sebelumnya sudah terbentuk sempurna akhirnya larut akibat derasnya air hujan.
Kondisi ini memaksa petambak menunda panen sekaligus memperpanjang waktu produksi.
Dalam seminggu terakhir, petambak garam di Sumenep harusnya telah memasuki musim pungut garam perdana.
Akan tetapi, akibat gangguan cuaca tersebut, mereka harus menunggu setidaknya lima hari agar air laut kembali “tua” dan berproses menjadi kristal garam.
Jika cuaca cerah dan panas terik, proses pembentukan kristal bisa berjalan lebih cepat.
Sebaliknya, jika langit masih mendung atau hujan terus berlanjut, maka air laut akan tetap dalam kondisi muda sehingga produksi garam kembali tertunda.
Gangguan produksi di tingkat petambak juga menjadi tantangan bagi capaian target nasional.
Menurut data PT Garam, total produksi pada tahun 2024 mencapai sekitar 320 ribu ton.
Untuk tahun 2025, ditetapkan target sebesar 400 ribu ton atau meningkat 80 ribu ton dibandingkan tahun sebelumnya.
Cuaca yang tidak menentu tentu menjadi salah satu faktor yang dapat memengaruhi pencapaian target tersebut.
Meski demikian, pemerintah bersama PT Garam telah menyiapkan berbagai langkah antisipasi, termasuk diversifikasi lokasi tambak dan penerapan teknologi untuk mempercepat proses kristalisasi.
Hal yang terjadi di Sumenep menjadi pengingat bahwa produksi garam sangat bergantung pada kondisi iklim.
Musim kemarau dengan panas matahari optimal biasanya menjadi periode emas bagi petambak.
Sebaliknya, hujan yang datang di luar prediksi mampu mengakibatkan kerugian karena garam yang siap panen harus kembali ke fase awal.
Para petambak berharap musim kemarau tahun ini bisa lebih bersahabat, sehingga produksi garam tidak lagi terganggu.
Dengan begitu, kontribusi mereka dalam memenuhi kebutuhan nasional dapat berjalan sesuai rencana.
Hujan yang mengguyur Kabupaten Sumenep telah menunda panen garam para petambak.
Garam yang sudah mengkristal kembali mencair sehingga dibutuhkan waktu tambahan untuk memulai proses produksi ulang.
Meski hal ini menjadi tantangan, petambak tetap optimistis mampu mendukung target nasional produksi garam yang ditetapkan pemerintah.***