UMKMJATIM.COM – Pemerintah Kabupaten Jombang tengah mempercepat pelaksanaan program bongkar ratoon (BR) tebu seluas 2.500 hektare yang ditargetkan rampung hingga tahun 2026.
Program ini tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari strategi nasional swasembada gula 2028 yang dicanangkan pemerintah pusat.
Menurut penjelasan M. Ronny, Kepala Dinas Pertanian Jombang, hingga minggu ketiga September 2025 capaian realisasi bongkar ratoon baru mencapai 1.299 hektare.
Keterlambatan ini terjadi karena sebagian petani sudah menanam tebu lebih dulu pada periode Juni hingga Agustus.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa target masih bisa dikejar dengan jadwal pelaksanaan utama yang dimulai pada Oktober hingga November.
Ronny menambahkan bahwa para petani yang ikut serta dalam program bongkar ratoon tidak dibiarkan bekerja sendiri.
Mereka mendapat dukungan berupa bantuan bibit tebu senilai Rp10 juta per hektare serta dukungan biaya tenaga kerja sebesar Rp4 juta per hektare.
Ia juga mengungkapkan bahwa seluruh pemangku kepentingan telah menyatakan kesiapan bersinergi.
Dukungan itu datang dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, pabrik gula, Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), hingga TNI.
Kolaborasi ini diyakini akan memperlancar pelaksanaan program sehingga target seluas 2.500 hektare dapat tercapai tepat waktu.
Walaupun sedang fokus pada hilirisasi tebu, Kabupaten Jombang tetap konsisten menjaga padi sebagai komoditas pangan utama.
Rata-rata, luas tanam padi di daerah ini mencapai 75.000 hektare per tahun, menjadikan Jombang masuk dalam 10 besar daerah dengan luas tanam padi terbesar di Jawa Timur.
Dinas Pertanian Jombang juga terus mendorong program Budidaya Tanaman Sehat (BTS).
Program ini dirancang untuk meningkatkan produktivitas pertanian, menekan biaya operasional, sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.
Bupati Jombang, Warsubi, menegaskan bahwa dukungan pemerintah daerah sangat penting dalam menyukseskan program strategis nasional, termasuk bongkar ratoon tebu.
Menurutnya, program ini tidak hanya tentang peningkatan produksi, tetapi juga menjadi langkah nyata menuju kemandirian pangan nasional.
Warsubi menyebut bahwa hilirisasi tebu dan program bongkar ratoon merupakan bagian penting dari upaya jangka panjang menuju swasembada gula Indonesia.
Ia yakin, dengan semangat gotong royong antara petani, pabrik gula, Pemda, dan TNI, target yang telah ditentukan bisa tercapai sesuai jadwal.
Selain menjaga keseimbangan antara tebu dan padi, pemerintah daerah juga mendorong pengembangan komoditas unggulan lokal.
Warsubi menyoroti durian Wonosalam dan pisang mas Wonosalam sebagai produk potensial yang dapat memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat.
Menurutnya, pengembangan komoditas ini penting bukan hanya untuk memperkuat ketahanan pangan daerah, tetapi juga untuk meningkatkan daya saing ekonomi Jombang di tingkat regional maupun nasional.
Program bongkar ratoon tebu di Jombang menjadi langkah strategis yang selaras dengan target nasional swasembada gula pada 2028.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah, sinergi lintas sektor, serta insentif bagi petani, upaya ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jombang.***