UMKMJATIM.COM – Budidaya pepaya California kini semakin diminati masyarakat karena dianggap mampu memberikan keuntungan ekonomi dengan cara yang sederhana.
Selain menjadi kegiatan yang menyenangkan, usaha ini juga dapat dilakukan di lahan terbatas seperti pekarangan rumah.
Jenis pepaya ini dikenal dengan cita rasa manis, ukuran sedang, serta daya tahan yang lebih lama dibandingkan pepaya lokal.
Tak heran, permintaan pasar terhadap pepaya California terus meningkat, baik di pasar tradisional maupun e-commerce.
Berdasarkan pantauan harga di berbagai platform per Oktober 2025, pepaya California dijual dengan kisaran harga Rp14.000 hingga Rp30.000 per buah, tergantung pada ukuran dan kualitasnya.
Lonjakan harga ini menjadi peluang menarik bagi masyarakat yang ingin menambah penghasilan tanpa harus memiliki lahan luas.
Salah satu contoh inspiratif datang dari Yudi (61), warga Desa Parsanga, yang sukses mengubah hobi berkebun menjadi peluang bisnis kecil.
Ia mengaku memanfaatkan waktu pensiunnya dengan menanam pepaya California di pekarangan rumah.
Menurutnya, kegiatan ini awalnya hanya untuk mengisi waktu luang dan menyalurkan kegemaran menanam.
Namun, seiring berjalannya waktu, hasil panen pepaya justru mampu memberikan tambahan pemasukan bagi keluarganya.
Yudi menjelaskan bahwa sejak pertama kali menanam, harga pepaya California terus mengalami kenaikan.
Kondisi ini membuat usahanya semakin menjanjikan dan menjadi sumber pendapatan baru di masa pensiun. “Awalnya hanya untuk mengisi waktu saja, tapi ternyata hasilnya cukup lumayan. Sekarang bisa untuk tambahan uang belanja istri,” ujarnya sambil tersenyum.
Pepaya California termasuk tanaman yang mudah dirawat dan tidak membutuhkan lahan luas.
Dengan perawatan rutin seperti penyiraman, pemupukan, serta pengendalian hama secara sederhana, tanaman ini bisa mulai berbuah dalam waktu 8–10 bulan.
Selain itu, tingkat produktivitas pepaya California terbilang tinggi.
Dalam satu kali panen, satu pohon dapat menghasilkan beberapa buah dengan kualitas baik.
Hal inilah yang membuat banyak petani dan masyarakat umum mulai tertarik membudidayakannya.
Peluang pasar juga terbuka lebar. Permintaan pepaya California tidak hanya datang dari konsumen rumah tangga, tetapi juga dari pelaku usaha kuliner, hotel, restoran, hingga pengepul buah.
Dengan strategi pemasaran digital melalui media sosial atau marketplace, petani kecil kini bisa menjangkau pasar lebih luas tanpa harus bergantung pada tengkulak.
Pemerintah daerah dan sejumlah instansi pertanian turut mendorong pengembangan urban farming melalui program pemberdayaan masyarakat.
Tujuannya agar warga mampu memanfaatkan lahan pekarangan untuk kegiatan produktif yang berkelanjutan, seperti budidaya pepaya California ini.
Ke depan, potensi ekspor pepaya California juga terbuka lebar, terutama dengan meningkatnya tren konsumsi buah tropis di pasar internasional.
Jika dibarengi dengan pelatihan pengolahan pasca panen dan pemasaran digital, usaha ini berpotensi menjadi sumber ekonomi kreatif baru bagi masyarakat desa.
Budidaya pepaya California membuktikan bahwa peluang bisnis tidak harus dimulai dari modal besar.
Dengan lahan kecil dan ketekunan, siapa pun bisa menjadikannya sumber penghasilan tambahan yang menjanjikan.
Seperti Yudi, banyak masyarakat kini mulai melirik potensi pepaya California sebagai komoditas unggulan rumah tangga yang bernilai tinggi dan mudah dikelola.***