UMKMJATIM.COM – Menjelang bulan Ramadhan, harga telur ayam di Ponorogo mengalami kenaikan yang signifikan.
Di tingkat peternak, harga telur ayam kini mencapai Rp27 ribu per kilogram.
Sementara itu, di tingkat pengecer atau toko kelontong, harga tersebut melonjak menjadi Rp29 ribu per kilogram.
Miftakhus Surur, seorang peternak asal Jetis, Ponorogo, mengungkapkan bahwa beberapa hari terakhir kandang ternaknya dipenuhi pembeli.
Tidak hanya ibu rumah tangga, tetapi juga banyak pemilik toko kelontong yang datang untuk membeli telur secara langsung.
Menurut Miftakhus, banyak pembeli yang lebih memilih membeli telur langsung dari peternak karena harganya yang lebih murah dibandingkan dengan harga di toko.
Selisih harga yang mencapai Rp2 ribu per kilogram menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen untuk mendatangi kandang ternak.
Ia menjelaskan bahwa menjelang puasa dan Hari Raya Idul Fitri, harga telur cenderung mengalami kenaikan.
Hal ini disebabkan oleh produksi telur yang relatif tetap, sedangkan permintaannya justru meningkat tajam.
Selain tingginya permintaan, kenaikan harga telur ayam ras juga dipengaruhi oleh melonjaknya harga pakan ayam.
Untuk mengatasi hal ini, para peternak harus cermat dalam mengelola pakan agar tidak mengalami kerugian.
Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan mengolah pakan sendiri guna menekan biaya produksi.
Kenaikan harga telur ternyata juga berdampak pada pola belanja konsumen. Banyak masyarakat yang memilih membeli telur langsung dari peternak untuk mendapatkan harga yang lebih terjangkau.
Bahkan, tidak hanya telur utuh yang diburu, telur ayam yang pecah atau retak pun laku keras di pasaran.
Telur pecah atau retak ini dijual dengan harga lebih murah, yakni Rp24 ribu per kilogram.
Miftakhus menilai, meskipun bentuknya tidak utuh, kualitas telur pecah ini tetap bagus dan layak konsumsi, sehingga tetap diminati oleh pembeli yang ingin berhemat.
Kondisi ini menunjukkan bahwa lonjakan harga bahan pokok, termasuk telur ayam, selalu menjadi fenomena yang hampir rutin terjadi setiap kali menjelang bulan puasa dan Lebaran.
Para peternak pun harus pandai-pandai mengatur strategi agar tetap mendapatkan keuntungan di tengah tingginya biaya operasional.
Di sisi lain, masyarakat juga dituntut lebih cermat dalam berbelanja, mencari alternatif untuk mendapatkan harga yang lebih murah tanpa mengorbankan kualitas barang yang dibeli.***