UMKMJATIM.COM – Stok garam rakyat di Kabupaten Pamekasan, Madura, tercatat masih mencapai sekitar 21 ribu ton berdasarkan data resmi dari Dinas Perikanan setempat per Januari 2025.
Jumlah ini merupakan sisa dari hasil produksi selama dua tahun terakhir, yaitu tahun 2023 dan 2024.
Abdul Fata, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pamekasan, mengatakan bahwa sisa stok tersebut terdiri dari 3 ribu ton dari produksi tahun 2023 serta 18 ribu ton dari produksi tahun 2024.
Ia menjelaskan bahwa total produksi garam rakyat di tahun 2023 mencapai 122 ribu ton, sementara di tahun 2024 mencapai 119 ribu ton.
Menurut Fata, rendahnya serapan garam oleh pabrikan pada tahun 2024 menjadi penyebab utama mengapa stok garam rakyat masih melimpah hingga awal 2025.
Ia mengatakan bahwa banyak pabrik garam masih memiliki stok dari hasil penyerapan tahun sebelumnya, sehingga kebutuhan untuk membeli garam baru pada tahun 2024 menjadi sangat minim.
Hal ini menyebabkan sisa garam dari tahun lalu masih menumpuk di tangan para petani garam.
Lebih lanjut, Fata menuturkan bahwa meskipun terjadi penambahan lahan garam rakyat sebanyak 12 hektare pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, volume produksi justru mengalami penurunan.
Ia menyebut bahwa faktor cuaca, terutama musim kemarau yang lebih singkat, berdampak langsung terhadap turunnya hasil panen petani garam.
Tak hanya dari sisi produksi, harga garam rakyat pun mengalami penurunan yang cukup drastis.
Fata menyebut bahwa pada tahun 2023, harga garam di tingkat pabrikan masih bisa menembus angka Rp5.000 per kilogram.
Namun, pada tahun 2024, harga tersebut merosot tajam dan hanya berada di kisaran Rp900 hingga Rp1.000 per kilogram.
Penurunan ini tentu berdampak besar terhadap pendapatan para petani garam yang selama ini menggantungkan hidup dari hasil produksi garam rakyat.
Turunnya harga dan produksi ini menjadi permasalahan yang cukup serius bagi sektor pergaraman rakyat di Pamekasan.
Selain faktor iklim dan cuaca, daya serap industri pengolahan yang rendah juga menjadi salah satu penyebab stagnasi pasar garam rakyat.
Kondisi ini menuntut adanya solusi yang strategis dari pemerintah daerah maupun pusat, agar keseimbangan antara produksi, distribusi, dan harga garam bisa tetap terjaga.
Para petani garam di Pamekasan kini dihadapkan pada tantangan besar.
Di satu sisi, mereka memiliki stok garam yang melimpah, namun di sisi lain harga jual yang tidak sebanding dengan biaya produksi membuat mereka kesulitan untuk meraih keuntungan.
Diperlukan dukungan berupa kebijakan yang berpihak kepada petani, seperti peningkatan akses pasar, bantuan distribusi, serta penguatan kemitraan dengan industri pengolahan garam nasional.
Dengan total stok garam rakyat yang masih tersimpan di awal 2025, Kabupaten Pamekasan sebenarnya memiliki potensi besar untuk mendukung kebutuhan garam nasional.
Namun, tanpa kebijakan yang mendukung dan sistem distribusi yang optimal, potensi ini akan sulit dimaksimalkan.
Ke depan, perencanaan produksi yang terintegrasi dengan kebutuhan pasar menjadi kunci agar petani garam tidak terus mengalami kerugian akibat overstock dan anjloknya harga.***