UMKMJATIM.COM – Menjelang perayaan Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah tahun 2025, tren penjualan kambing kurban di Surabaya menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Penurunan ini diperkirakan mencapai 30 hingga 50 persen, berdampak langsung pada pelaku usaha hewan kurban lokal.
Heri Wahyudi, salah satu pedagang kambing kurban yang berlokasi di Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Pakal, Kota Surabaya, menyampaikan bahwa kondisi penjualan menjelang Iduladha tahun ini jauh lebih sepi dibandingkan dengan tahun 2024.
Hingga satu hari sebelum Hari Raya Kurban, Heri baru berhasil menjual sebanyak 48 ekor kambing, sementara pada waktu yang sama tahun lalu jumlah penjualannya telah mencapai 80 hingga 100 ekor.
Menurutnya, lesunya daya beli masyarakat kemungkinan besar disebabkan oleh faktor ekonomi musiman, seperti bertepatan dengan masa pendaftaran sekolah yang membutuhkan biaya besar.
Ia menyebutkan bahwa banyak pelanggan tetap yang biasanya membeli kambing darinya tampak menunda atau bahkan tidak melakukan pembelian sama sekali tahun ini.
Tidak seperti pedagang lain yang membuka lapak di pinggir jalan, Heri lebih memilih menjual kambing langsung dari kandang miliknya.
Ia percaya bahwa metode ini memberi keuntungan dalam menjaga kualitas hewan kurban yang dijual. Kambing-kambing tersebut berasal dari peternak binaan dan bukan dari pasar hewan, sehingga kesehatan serta kondisi fisiknya lebih dapat dipastikan.
Meski terjadi penurunan dalam jumlah penjualan, harga kambing kurban tahun ini relatif stabil.
Untuk harga kambing yang ditawarkan masih berada di harga antara Rp3,5 juta hingga Rp8 juta per ekor.
Mayoritas pelanggan membeli satu hingga tiga ekor kambing untuk kebutuhan ibadah kurban mereka.
Heri menyediakan beberapa jenis kambing, seperti Etawa, Peranakan Etawa (PE), dan Jawa Randu.
Variasi jenis dan ukuran kambing ini disediakan agar konsumen bisa menyesuaikan pilihan dengan kebutuhan dan anggaran mereka.
Ia menegaskan, walaupun secara kuantitas penjualan berkurang, omzet dari hasil penjualan kambing kurban tetap tergolong tinggi.
Dalam tiga tahun terakhir, omset yang ia raih setiap musim Iduladha berkisar antara Rp300 juta hingga Rp400 juta.
Ia juga mengungkapkan bahwa stabilnya harga kambing menjadi faktor penting dalam menjaga kestabilan pendapatan.
Meski jumlah pembeli turun, tidak ada penurunan harga yang signifikan, sehingga nilai transaksi tetap tinggi per ekor.
Fenomena turunnya penjualan kambing kurban ini tentunya menjadi sorotan tersendiri, khususnya bagi para peternak dan pedagang yang ada di Surabaya.
Diharapkan, dengan dukungan promosi yang lebih luas serta inovasi dalam pemasaran, tren penurunan ini tidak berlanjut pada tahun-tahun mendatang.***