UMKMJATIM.COM – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan rencana besar pemerintah untuk membangun pabrik metanol di Bojonegoro, Jawa Timur, dengan nilai investasi sebesar USD 1,2 miliar atau sekitar Rp 19 triliun.
Pabrik tersebut direncanakan sebagai bagian dari proyek hilirisasi sektor minyak dan gas bumi (migas), yang diharapkan dapat mendukung program biodiesel B50 dan B60 di Indonesia.
“Metanol ini bisa menjadi campuran biodiesel, sehingga mendukung program B50 bahkan B60 pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Saya menargetkan B40 bisa diimplementasikan pada awal 2025, kemudian meningkat menjadi B50 pada tahun 2026,” ujar Bahlil dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2024 yang digelar pada Rabu (11/12).
Bahlil juga menambahkan bahwa untuk merealisasikan target tersebut, dibutuhkan pasokan metanol sekitar 2-2,3 juta ton per tahun.
“Waktu itu saya sudah meminta kepada SKK Migas, nanti ditindaklanjuti, ada investasi sekitar USD 1,2 miliar yang harus kita bangun untuk hilirisasi metanol di Bojonegoro,” ungkapnya.
Menteri ESDM itu juga memastikan bahwa pasokan gas untuk pabrik metanol sudah aman, dengan kapasitas yang tersedia sebesar 90 MMBtu. Namun, Bahlil mengungkapkan adanya hambatan dalam koordinasi antara Kementerian ESDM dan Kementerian Investasi yang menyebabkan proyek ini sempat tertunda.
“Gasnya sudah kami siapkan, 90 mm. Ini kenapa dulu tidak jadi-jadi karena Kementerian Investasi jalan kiri, ESDM jalan kanan. Akhirnya ketemu di tikungan, adanya adu argumen, omon-omon terus, enggak selesai itu barang,” tegas Bahlil. Ia menekankan pentingnya sinergi antara kedua kementerian untuk memastikan kelancaran proyek tersebut.
Bahlil juga menambahkan, “Saya pengin barang ini harus bergandengan untuk menyukseskan dalam rangka kedaulatan energi nasional.”
Sebelumnya, Indonesia juga telah merencanakan pembangunan pabrik metanol di Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, dengan investasi dari Jepang senilai USD 5 miliar (sekitar Rp 75 triliun).
Di sisi lain, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat bahwa saat ini Indonesia hanya memiliki satu produsen metanol, yaitu Kaltim Methanol Industri (KMI) di Bontang, Kalimantan Timur, yang mampu memproduksi sekitar 660.000 metrik ton per tahun.