UMKMJATIM.COM – Minimnya akses terhadap fasilitas perpustakaan di berbagai wilayah Indonesia masih menjadi masalah serius yang berdampak langsung pada tingkat literasi masyarakat.
Hal ini bisa menjadi peluang menarik bagi para pelaku usaha sosial untuk menghadirkan solusi kreatif berupa perpustakaan berjalan (mobile library).
Konsep perpustakaan keliling sebenarnya bukanlah hal baru, tetapi penerapannya masih belum merata di seluruh daerah, khususnya di wilayah pedesaan dan pelosok.
Oleh sebab itu, menjalankan usaha perpustakaan berjalan bisa menjadi pilihan bisnis yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga berdampak positif terhadap kemajuan pendidikan dan budaya baca masyarakat.
Ide dasar dari perpustakaan keliling adalah menyediakan layanan peminjaman buku secara mobil, baik dengan menggunakan mobil, motor, bahkan sepeda yang dimodifikasi khusus agar mampu mengangkut dan menata koleksi buku secara efisien.
Kendaraan ini bisa mendatangi sekolah-sekolah, taman kota, balai desa, atau tempat-tempat publik lainnya yang sering dikunjungi masyarakat.
Bagi pebisnis pemula yang ingin memulai dengan skala kecil, sepeda atau motor roda tiga dapat dijadikan pilihan utama karena lebih ekonomis dan mudah menjangkau jalan-jalan sempit.
Sementara itu, bagi yang memiliki modal lebih besar, penggunaan mobil van yang dimodifikasi bisa menjangkau lebih banyak lokasi sekaligus menyimpan lebih banyak koleksi buku.
Agar layanan ini semakin menarik, pengelola perpustakaan keliling dapat menambahkan fasilitas membaca di tempat, seperti menyediakan tikar atau bangku lipat.
Selain itu, bisa pula dibuat program pendampingan seperti mendongeng untuk anak-anak, kelas menulis kreatif, atau sesi diskusi buku untuk remaja dan orang dewasa.
Dalam praktiknya, perpustakaan keliling juga berpotensi menjalin kerja sama dengan berbagai pihak seperti dinas pendidikan, lembaga sosial, perusahaan swasta melalui program CSR, hingga komunitas literasi.
Kolaborasi tersebut dapat mendukung dari segi pendanaan, penyediaan buku, promosi, hingga pengembangan program literasi jangka panjang.
Dari sisi bisnis, layanan perpustakaan berjalan bisa dikembangkan menjadi model bisnis sosial berbasis keanggotaan atau berlangganan.
Pengguna bisa mendaftar sebagai anggota dan membayar iuran bulanan yang terjangkau untuk menikmati berbagai manfaat, seperti peminjaman buku reguler, akses ke buku digital, atau layanan antar-jemput buku.
Selain itu, Anda juga bisa menjual produk penunjang literasi seperti alat tulis, buku tulis, hingga merchandise edukatif.
Bahkan bisa dibuka ruang iklan kecil dari sponsor lokal pada badan kendaraan untuk menambah pemasukan.
Dengan potensi jangkauan yang luas dan kebutuhan nyata yang belum banyak terjawab, perpustakaan berjalan bisa menjadi peluang usaha sosial yang berdampak dan berkelanjutan.
Menyediakan akses literasi hingga ke pelosok bukan hanya urusan pemerintah—siapa pun bisa berperan aktif dan menghasilkan melalui ide kreatif seperti ini.***