UMKMJATIM.COM – Meskipun cuaca tidak menentu akibat fenomena kemarau basah yang tengah melanda sejumlah wilayah, semangat para petani tembakau di Kabupaten Sumenep, Madura, khususnya yang berada di kawasan tanah gunung, tetap tidak surut.
Para petani terus melanjutkan penanaman tembakau meski harus menghadapi risiko kegagalan berulang akibat curah hujan yang datang di luar prediksi musim.
Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Sumenep, Rubaki, menyampaikan bahwa sebagian besar petani masih tetap menanam tembakau meski tantangan cuaca menyebabkan kerusakan bibit secara masif.
Tak jarang, para petani bahkan harus melakukan penanaman ulang hingga lima kali akibat bibit mati karena hujan.
Rubaki mengungkapkan bahwa bagi petani di daerah pegunungan, menanam tembakau sudah menjadi kebiasaan tahunan yang tidak dapat ditinggalkan.
Semua ini disebabkan karena jenis tanaman lain kurang cocok ditanam di tanah gunung yang umumnya kering dan berbatu.
Dengan demikian, meskipun biaya produksi membengkak karena penggantian bibit, aktivitas pertanian tetap harus dijalankan demi keberlangsungan ekonomi keluarga.
“Menanam tembakau sudah menjadi kebutuhan dan satu-satunya pilihan terbaik di lahan gunung. Memang biaya jadi lebih besar karena harus mengganti bibit yang mati, tapi tidak semua bibit diganti, hanya yang rusak saja,” jelas Rubaki saat dikonfirmasi pada Minggu, 29 Juni 2025.
Di tengah tantangan iklim, para petani tetap optimis terhadap hasil panen.
Berdasarkan pengalaman dan pantauan pasar, harga tembakau gunung kering diperkirakan tetap stabil di angka Rp50.000 per kilogram atau bahkan lebih, tergantung kualitas.
Rubaki mengatakan bahwa kondisi tanaman saat ini memang bervariasi dalam satu petak.
Ada tanaman yang sudah tumbuh tinggi dan sehat, namun ada juga yang masih kecil karena baru ditanam ulang.
“Kami tetap yakin harga akan bagus. Tembakau gunung itu punya pasar tersendiri dan kualitasnya diakui. Jadi meskipun tanam ulang berkali-kali, semangat petani tidak surut,” tambahnya.
Jika tidak ada kendala besar dalam beberapa pekan ke depan, panen tembakau diperkirakan akan dimulai pada awal Agustus 2025.
Sementara itu, berdasarkan hasil komunikasi APTI dengan pihak gudang pembeli, aktivitas pembelian tetap akan dilakukan tahun ini, meskipun kuota penyerapan belum ditentukan secara resmi.
Dengan keteguhan dan pengalaman yang dimiliki para petani, sektor tembakau di wilayah Sumenep diprediksi masih akan memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, terutama di tengah ketidakpastian iklim.
Pendampingan dari pemerintah serta transparansi informasi pasar menjadi harapan besar agar para petani tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang.***