UMKMJATIM.COM – Meskipun terjadi sejumlah gangguan distribusi akibat aksi demo Over Dimension Over Loading (ODOL) di wilayah Jawa Tengah, kondisi harga cabai di Kabupaten Kediri terpantau relatif stabil.
Berdasarkan laporan terbaru dari Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri pada Jumat, 20 Juni 2025, harga berbagai jenis cabai tidak menunjukkan perubahan signifikan.
Stabilnya harga cabai ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti serapan industri yang masih libur, pengiriman ke wilayah Jabodetabek yang belum berjalan normal, dan pasokan ke luar Pulau Jawa yang masih tertunda.
Penyekatan di sejumlah titik wilayah Jawa Tengah akibat demo ODOL juga memperlambat arus distribusi logistik, termasuk komoditas hortikultura seperti cabai.
Menurut Ketua APCI Kabupaten Kediri, Suyono, harga Cabai Rawit Merah (CRM) masih bertahan pada level yang sama seperti sebelumnya.
Untuk varietas Ori 212 dan Brengos 99, harga per kilogramnya mencapai Rp60.000.
Sementara itu, varietas Asmoro 043 dijual seharga Rp58.000 per kilogram, dan varietas Kamelia dibanderol Rp55.000 per kilogram.
Kondisi serupa juga terjadi pada Cabai Merah Besar (CMB).
Varietas Gada MK dihargai Rp26.000 per kilogram, varietas Imola Rp25.000 per kilogram, dan varietas Sandi 08 Rp24.000 per kilogram.
Untuk Cabai Merah Keriting (CMK), varietas Boos Tavi dijual seharga Rp23.000 per kilogram, sedangkan Sibad Rp22.000 per kilogram.
Suyono menjelaskan bahwa meskipun pasokan sedikit bertambah, gangguan transportasi serta jeda aktivitas industri menyebabkan penyaluran cabai tidak sepenuhnya optimal.
Distribusi ke Jabodetabek dan Kalimantan juga belum aktif kembali, sehingga stok masih banyak tersimpan di pasar lokal.
Dalam catatan APCI, pasokan Cabai Rawit Merah yang masuk ke Pasar Induk Pare berasal dari wilayah Kediri dan Malang dengan volume sekitar 10 ton.
Sementara itu, Cabai Merah Besar juga berasal dari dua wilayah tersebut dengan total pasokan 9 ton.
Untuk Cabai Merah Keriting, suplai hanya sekitar 1,5 ton dan seluruhnya berasal dari Kediri.
Minimnya aktivitas distribusi antar wilayah dan ke sektor industri turut memengaruhi dinamika pasar.
Namun demikian, harga tetap stabil karena suplai dan permintaan berada dalam keseimbangan.
Pemerintah daerah dan pelaku usaha tani berharap situasi distribusi segera kembali normal agar arus barang dan harga tidak mengalami fluktuasi tajam dalam waktu dekat.
Keadaan seperti ini menjadi perhatian bagi para petani dan juga pedagang cabai, karena kestabilan harga tentu saja menentukan kelangsungan usaha mereka.
Jika distribusi terus terganggu, maka dikhawatirkan akan berdampak pada tingkat pendapatan petani dan keberlangsungan rantai pasok cabai nasional.***