UMKMJATIM.COM – Penurunan harga cabai di wilayah Kediri menjadi sorotan pada pekan ketiga Juni 2025.
Fenomena ini dipicu oleh meningkatnya pasokan cabai ke pasar, berdasarkan data yang dirilis oleh Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri, Sabtu, 21 Juni 2025.
Pasar Induk Pare menjadi salah satu lokasi yang mencerminkan tren penurunan harga tersebut.
Beberapa varietas cabai menunjukkan penurunan cukup signifikan, dengan selisih harga mencapai Rp5.000 per kilogram dibandingkan hari sebelumnya.
Salah satu varietas yang harganya turun, meliputi: Cabai Rawit Merah (CRM) Ori 212 dan Brengos 99, yang semula diperdagangkan di harga Rp60.000 per kilogram, menjadi Rp55.000.
Sementara itu, varietas CRM Asmoro 043 juga mengalami penyesuaian harga dari Rp58.000 menjadi Rp53.000 per kilogram.
Tidak hanya itu, CRM varietas Kamelia kini dibanderol Rp50.000 per kilogram setelah mengalami penurunan dari harga awal Rp55.000.
Sedangkan CRM Prentol atau Tumi 99 tercatat dijual seharga Rp48.000 per kilogram.
Ketua APCI Kabupaten Kediri, Suyono, menjelaskan bahwa penurunan harga tersebut sangat berkaitan erat dengan meningkatnya volume pasokan cabai ke pasar lokal.
Menurutnya, ketersediaan cabai yang melimpah menyebabkan stabilitas harga menjadi lebih terkendali.
Namun, meskipun pasokan meningkat, distribusi ke wilayah luar daerah seperti Jabodetabek dan sektor industri masih belum berjalan optimal.
Hal ini disebabkan oleh aksi demonstrasi penolakan kendaraan Over Dimension Over Load (ODOL) yang masih berlangsung di beberapa titik di wilayah Jawa Tengah, khususnya Magelang.
Suyono menegaskan bahwa kondisi ini turut memengaruhi arus pengiriman komoditas hortikultura, termasuk cabai, ke berbagai sentra konsumsi di luar Jawa Timur.
Distribusi yang tidak lancar membuat sebagian hasil panen menumpuk di pasar lokal, yang akhirnya menurunkan harga karena daya serap pasar tidak sebanding dengan pasokan yang masuk.
Menurut keterangan APCI, meskipun harga turun, kualitas cabai yang beredar di pasar tetap dalam kondisi yang sangat baik.
Petani di wilayah Kediri, terutama di daerah lereng Gunung Wilis dan sekitarnya, masih aktif memanen cabai rawit merah, yang saat ini tengah memasuki masa panen raya.
Penurunan harga cabai ini disambut baik oleh konsumen, namun menjadi tantangan bagi petani.
Jika tren harga rendah berlangsung terlalu lama, dikhawatirkan akan menekan keuntungan petani yang sudah mengeluarkan biaya produksi cukup tinggi, terutama untuk varietas unggulan seperti Ori 212 dan Brengos 99.
APCI berharap pemerintah daerah maupun pusat dapat membantu menstabilkan pasar melalui optimalisasi distribusi,
serta memberikan dukungan terhadap pengolahan hasil panen agar tidak bergantung sepenuhnya pada pasar segar.
Dengan strategi yang tepat, Suyono yakin harga cabai bisa kembali stabil tanpa merugikan petani maupun konsumen, sehingga sektor pertanian tetap menjadi penopang ekonomi lokal di Kediri.***