UMKMJATIM.COM – Tajin Sora bukan sekadar hidangan, tetapi juga representasi kuat dari tradisi kuliner dan nilai budaya yang telah lama hidup di tengah masyarakat Madura.
Salah satu yang membuat sajian ini istimewa adalah sentuhan khas dari perempuan tangguh bernama Suwarni, atau yang akrab disapa Mbak Iyat.
Ia menghadirkan variasi unik dalam sajian Tajin Sora dengan kuah lodeh spesial hasil racikan Catering Suwarni.
Ciri khas dari Tajin Sora buatan Mbak Iyat terletak pada kuah lodehnya yang menggunakan kaldu sapi kental, irisan daging sapi yang tebal, tambahan udang, serta kehadiran “karopok orak”—kerupuk khas Madura yang ditaburkan sebagai pelengkap.
Perpaduan bahan tersebut menciptakan rasa gurih dan aroma menggoda, yang membuat siapa pun ingin kembali mencicipi kelezatannya.
Kuah lodeh yang biasanya sederhana, di tangan Mbak Iyat, berubah menjadi kaya rasa dan penuh karakter.
Namun keistimewaan Tajin Sora tidak hanya berhenti pada rasa. Lebih dari itu, makanan ini memegang peran penting dalam memperkuat ikatan sosial antarwarga.
Pembuatan Tajin Sora dilakukan secara bergotong-royong, melibatkan berbagai lapisan masyarakat.
Proses pembagiannya pun tidak semata soal kuliner, tetapi juga tentang silaturahmi, berbagi rezeki, dan menumbuhkan semangat keikhlasan.
Tradisi Tajin Sora kerap disajikan pada momen-momen penting dalam penanggalan Islam misalnya bulan Ramadan, Maulid Nabi, atau kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
Dalam konteks ini, Tajin Sora menjadi medium akulturasi antara nilai-nilai Islam dan budaya lokal Madura yang menekankan kebersamaan, gotong-royong, serta penghormatan terhadap tradisi leluhur.
Sebagai bagian dari warisan budaya, keberadaan Tajin Sora mencerminkan identitas masyarakat lokal yang menjunjung tinggi nilai solidaritas dan kebersamaan.
Sajian ini bukan hanya menyenangkan lidah, tetapi juga membangkitkan rasa nostalgia dan kebanggaan terhadap budaya sendiri.
Mbak Iyat menyadari bahwa mempertahankan tradisi kuliner lokal merupakan bentuk nyata pelestarian sejarah.
Oleh karena itu, ia terus menghadirkan inovasi tanpa meninggalkan akar budaya yang telah melekat kuat.
Upayanya ini tak hanya menghidupkan kembali semangat gotong-royong, tetapi juga membuka peluang ekonomi melalui dunia katering tradisional.
Melestarikan Tajin Sora berarti juga menjaga keberlanjutan nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Di tengah perkembangan zaman dan modernisasi kuliner, Tajin Sora tetap bertahan sebagai simbol rasa, tradisi, dan kekuatan sosial masyarakat Madura.***