UMKMJATIM.COM – Upaya menjaga ketahanan pangan terus diperkuat di tingkat desa, salah satunya melalui kolaborasi antara petani, pemerintah, dan aparat kewilayahan.
Di Desa Sukosari, Madiun, keterlibatan Bintara Pembina Desa (Babinsa) menjadi elemen penting dalam mendampingi petani menghadapi berbagai kendala pertanian, terutama yang berkaitan dengan ancaman hama dan gulma.
Pendampingan aktif dari Babinsa bukan hanya dilakukan pada saat panen, tetapi sejak awal proses pertanian dimulai.
Dalam berbagai kesempatan, Babinsa setempat menegaskan komitmennya untuk terlibat langsung dalam seluruh tahapan pertanian — mulai dari pengolahan lahan, penanaman, hingga masa panen.
Salah satu fokus utama dari pendampingan ini adalah pengamatan dini terhadap serangan gulma dan hama, yang kerap menjadi penyebab menurunnya produktivitas hasil pertanian.
Menurut Babinsa yang bertugas di wilayah tersebut, kegiatan seperti pengamatan langsung terhadap tanaman sangat krusial untuk mengidentifikasi potensi serangan hama sedini mungkin.
Ia menilai, kegagalan panen sering kali disebabkan oleh keterlambatan dalam mendeteksi keberadaan hama dan penyakit tanaman.
Oleh karena itu, pengawasan lapangan secara berkala menjadi langkah antisipatif yang tidak boleh diabaikan.
Melalui pendekatan ini, petani di Desa Sukosari mulai menunjukkan respons yang lebih cepat dan tanggap dalam menghadapi tanda-tanda kerusakan tanaman.
Kesadaran petani terhadap pentingnya monitoring kondisi tanaman semakin meningkat, yang pada akhirnya berdampak positif terhadap kualitas dan kuantitas hasil panen.
Selain itu, sinergi antara petani dan Babinsa juga mempermudah koordinasi dengan instansi pertanian maupun dinas terkait.
Informasi yang dikumpulkan dari lapangan disampaikan secara langsung untuk ditindaklanjuti dengan penyuluhan atau penyediaan bantuan teknis,
seperti pestisida, alat semprot, atau pelatihan pengendalian hama terpadu (PHT).
Kegiatan ini selaras dengan program pemerintah daerah dalam mendukung ketahanan pangan lokal.
Pemerintah berharap, dengan meningkatnya kapasitas petani dalam pengendalian hama dan optimalisasi proses budidaya, Desa Sukosari dapat menjadi contoh daerah yang mandiri dalam sektor pertanian.
Di sisi lain, penguatan ketahanan pangan berbasis desa menjadi langkah strategis dalam menghadapi tantangan ekonomi global dan perubahan iklim yang berdampak pada sektor agrikultur.
Dengan memberdayakan potensi pertanian desa, termasuk melibatkan aparat kewilayahan seperti Babinsa, pemerintah ingin memastikan bahwa produksi pangan nasional tetap terjaga.
Keterlibatan semua pihak, mulai dari petani, pemerintah daerah, hingga aparat keamanan wilayah, menjadi kunci utama untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan dan produktif.
Melalui kerja sama yang solid dan berkelanjutan, Desa Sukosari meneguhkan perannya sebagai garda terdepan dalam mendukung ketahanan pangan nasional.***