UMKMJATIM.COM – Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur, mengingatkan akan pentingnya menjaga kelestarian ekosistem mangrove sebagai fondasi pembangunan ekonomi biru yang berkelanjutan.
Pesan tersebut ia sampaikan dalam Festival Mangrove Jawa Timur VII yang digelar di Pantai Bahak, Kabupaten Probolinggo, Selasa (19/8/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah menegaskan bahwa mangrove tidak hanya berperan menjaga keseimbangan ekologi, tetapi juga memiliki potensi ekonomi dan sosial yang besar bagi masyarakat pesisir.
Menurutnya, potensi ekonomi biru di Jawa Timur tentunya sangat ditentukan oleh kualitas ekosistem mangrove yang sehat dan juga terpelihara.
Provinsi Jawa Timur sendiri memiliki kekayaan pesisir yang luas, terdiri atas 22 kabupaten/kota, 5.202 km² wilayah laut, serta lebih dari 500 pulau kecil.
Berdasarkan Peta Mangrove Nasional 2024, luas hutan mangrove di Jawa Timur tercatat mengalami kenaikan signifikan sebesar 13,29 persen dibandingkan tahun 2021.
Total luasan mencapai 30.839,3 hektare, yang menjadi salah satu modal besar untuk penguatan sektor ekonomi berbasis kelautan.
Khofifah menekankan bahwa Festival Mangrove tidak hanya acara seremonial semata, melainkan bentuk nyata komitmen dalam menjaga lingkungan sekaligus memperkuat basis ekonomi masyarakat.
Ia menyebut langkah ini sebagai investasi masa depan yang mencakup perlindungan ekosistem, pengendalian perubahan iklim, dan peningkatan ketahanan sosial-ekonomi masyarakat pesisir.
Deputi Tata Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro, turut mengapresiasi komitmen Jawa Timur di bawah kepemimpinan Khofifah.
Ia menilai Jawa Timur berpotensi menjadi provinsi pelopor dalam penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove (RPPM) yang terintegrasi di tingkat daerah.
Selain membuka festival, Khofifah juga berpartisipasi dalam sejumlah aksi konservasi.
Ia melepasliarkan 300 ekor benih kepiting serta beberapa satwa yang direkomendasikan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), seperti burung Ibis Putih Kepala Hitam dan Pecuk Padi Hitam.
Tidak hanya itu, Khofifah juga meninjau 14 stan pameran yang menampilkan hasil hilirisasi produk mangrove serta aktivitas pemberdayaan masyarakat.
Pameran ini memperlihatkan bahwa pelestarian alam bisa berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, khususnya melalui produk-produk olahan berbasis mangrove dan usaha kreatif lainnya.
Melalui festival ini, Jawa Timur menunjukkan komitmen untuk menjadikan pelestarian alam sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi.
Khofifah menutup pesannya dengan harapan agar masyarakat semakin sadar bahwa menjaga mangrove berarti menjaga masa depan.
Ia menekankan bahwa pembangunan pesisir yang berkelanjutan harus berjalan selaras dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.
Festival Mangrove Jawa Timur VII tidak hanya menjadi ajang perayaan lingkungan, tetapi juga momentum strategis untuk memperkuat ekonomi biru di kawasan pesisir.
Dengan dukungan pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan, Jawa Timur diharapkan mampu menjadi contoh keberhasilan integrasi antara konservasi lingkungan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.***