UMKMJATIM.COM – Di tengah derasnya gelombang modernisasi dan globalisasi budaya, seorang pemuda asal Desa Pandiyangan, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang, membuktikan bahwa kearifan lokal masih bisa terus tumbuh dan memberikan dampak nyata.
Ia adalah Rokib, sosok inspiratif yang dinobatkan sebagai Pemuda Pelopor Sampang 2025 dalam bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam, Lingkungan, dan Pariwisata.
Sejak tahun 2020, Rokib mulai menggeluti dunia batik bersama beberapa pemuda di desanya.
Lalu inisiatif ini melahirkan sebuah langkah nyata pada Juli 2023, saat ia mendirikan Gerai Batik Rathu, sebuah wadah produksi sekaligus pusat edukasi batik khas Madura.
Melalui Gerai Batik Rathu, Rokib tidak hanya menciptakan produk-produk batik berkualitas, tetapi juga menghidupkan semangat kolektif di tengah masyarakat, terutama kalangan muda.
Ia menjelaskan bahwa saat ini sekitar 20 hingga 30 warga lokal telah terlibat dalam proses produksi batik, menjadikan inisiatif ini bukan hanya sebagai upaya pelestarian budaya, tetapi juga pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.
Struktur organisasi Batik Rathu dijalankan oleh 10 orang inti, di mana Rokib dibantu oleh Rudi sebagai sekretaris dan Maryam sebagai bendahara.
Ketiganya berperan aktif tak hanya dalam pengelolaan usaha, tapi juga secara langsung terlibat dalam kegiatan edukasi dan pelatihan membatik bagi generasi muda.
Menurut Rokib, tujuan utama dari program edukasi ini adalah memberikan keterampilan membatik kepada siswa, pelajar, serta pemuda desa agar mereka memahami dan mencintai warisan budaya lokal, khususnya batik khas Madura.
Ia menyebutkan bahwa proses pembelajaran tidak berhenti pada teori, namun lebih ditekankan pada praktik langsung — mulai dari pengenalan motif tradisional, teknik pewarnaan alami, hingga filosofi yang terkandung dalam setiap pola batik.
Inspirasi Rokib dalam membatik berasal dari gurunya, Ibu Umsiyah, seorang perajin batik senior dari Kecamatan Banyuates.
Dari beliaulah Rokib pertama kali belajar teknik membatik secara mendalam, dan kini ilmu tersebut diteruskannya kepada generasi muda.
Ia berharap bahwa Batik Rathu bisa terus berkembang menjadi pusat kreativitas budaya di Sampang, yang tidak hanya menghasilkan batik sebagai produk ekonomi, namun juga menghidupkan kembali semangat kolektif untuk mencintai budaya sendiri.
Dalam menjaga keberlanjutan budaya Madura dan keterlibatan masyarakat lokal menjadi kekuatan utama dari inisiatif ini, dia berkomitmen.
Rokib percaya bahwa budaya akan tetap hidup jika generasi mudanya berani mengambil peran, mengembangkan, dan menyesuaikannya dengan zaman.***