UMKMJATIM.COM – Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai seni sekaligus filosofi mendalam.
Di berbagai daerah, kain batik hadir dengan corak dan keunikan masing-masing.
Kabupaten Madiun menjadi salah satu wilayah yang ikut berkontribusi dalam mengembangkan batik lokal, baik dari sisi motif maupun proses pembuatannya.
Salah satu pusat batik yang cukup dikenal di Madiun adalah Sanggar Batik Sari Warni, yang berlokasi di Balerejo, Kecamatan Kebonsari.
Tempat ini tidak hanya menjadi rumah produksi, tetapi juga wadah pembelajaran bagi masyarakat yang ingin menekuni dunia batik.
Ketua Paguyuban Pembatik Kabupaten Madiun, Siti Suwarni, adalah sosok di balik berdirinya Batik Sari Warni.
Ia mengisahkan bahwa ketertarikannya pada batik sudah dimulai sejak tahun 2010 saat bergabung dengan Sanggar Prodomas.
Dari tempat itulah ia belajar teknik dasar membatik sekaligus mengajak ibu-ibu sekitar untuk ikut berlatih.
Setelah tiga tahun mendalami batik, Suwarni akhirnya mendirikan Sanggar Batik Sari Warni pada tahun 2013.
Kini sanggar tersebut telah memiliki sekitar 20 anggota yang aktif berkarya, menciptakan beragam motif dengan ciri khas lokal Madiun.
Menurut Suwarni, proses pembuatan batik membutuhkan ketelatenan.
Untuk menghasilkan satu lembar kain batik ukuran 115 cm x 200 cm dengan motif sederhana, waktu yang dibutuhkan bisa mencapai tiga hingga empat hari.
Durasi ini tentu lebih lama jika motif yang dikerjakan lebih rumit dan detail.
Motif yang dikembangkan di Sanggar Batik Sari Warni terinspirasi dari kearifan lokal Kabupaten Madiun. Beberapa di antaranya adalah:
Motif Porang Manco, yang terinspirasi dari tanaman porang sebagai komoditas unggulan daerah.
Motif Kampung Pesilat, melambangkan identitas Madiun sebagai Kota Pendekar.
Motif Tugu Sewulan, yang mengangkat salah satu ikon sejarah dan budaya di wilayah tersebut.
Dalam hal pemasaran, Batik Sari Warni tidak hanya mengandalkan penjualan secara offline melalui sanggar dan pameran, tetapi juga aktif memanfaatkan jalur online.
Produk batik dari sanggar ini dipromosikan melalui media sosial dan platform digital, sehingga dapat menjangkau konsumen lebih luas.
Selain itu, karya-karya batik dari Sari Warni juga dipamerkan di galeri UMKM, Mal Pelayanan Publik, hingga koperasi daerah.
Keikutsertaan dalam berbagai pameran turut membantu memperkenalkan batik khas Madiun ke masyarakat luar daerah.
Bagi Suwarni, membatik bukan sekadar mencari penghasilan, tetapi juga upaya melestarikan budaya.
Ia berharap batik khas Madiun dapat semakin dikenal, sekaligus membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.
Melalui sanggar yang dipimpinnya, ia berkomitmen menjadikan batik sebagai media pemberdayaan perempuan dan penggerak ekonomi lokal.
Dengan berkembangnya Batik Sari Warni, Kabupaten Madiun memiliki potensi besar untuk terus meneguhkan posisinya sebagai salah satu daerah penghasil batik bernilai seni tinggi.***