UMKMJATIM.COM – Desa Sumberargo, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo, pada awal September 2025 menjadi saksi sebuah momen bersejarah bagi para petani kopi.
Balai desa yang biasanya lengang, kali ini dipenuhi wajah-wajah sumringah petani yang berkumpul menyaksikan penyerahan mesin pulper kopi dari Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Jember (UNEJ) dan Universitas Abdurachman Saleh (UNARS) Situbondo.
Sebuah mesin berwarna perak berdiri kokoh di depan para petani. Bagi mereka, mesin tersebut bukan sekadar alat, melainkan simbol harapan baru.
Selama ini, proses pengupasan kulit kopi masih dilakukan secara manual.
Metode tradisional itu membutuhkan tenaga ekstra, memakan waktu lama, dan sering kali menghasilkan kualitas yang tidak seragam.
Ketua Kelompok Tani Argo Rengganis, Sugianto, menilai hadirnya mesin pulper akan meringankan pekerjaan sekaligus meningkatkan mutu hasil panen.
Ia menyampaikan bahwa kelompoknya sudah lama menghadapi kendala teknis dalam pascapanen, dan mesin ini diharapkan mampu memberi perubahan nyata.
Tim pengabdian yang dipimpin oleh Ir. Dimas B. Zahroza, SP., MP., hadir bersama dua rekannya, Ir. Hasbi Mubarak Suud, SP., MP., dan Abdullah Muhlis, SP., MP.
Mereka tidak hanya menyerahkan mesin, tetapi juga memberikan pelatihan pengoperasian dan perawatan.
Menurut Dimas, program ini merupakan bentuk komitmen perguruan tinggi dalam mendukung petani kopi agar dapat mengolah hasil panen dengan lebih cepat, higienis, dan berkualitas.
Dengan begitu, nilai jual kopi dari Situbondo diyakini bisa meningkat di pasar.
Dukungan serupa juga datang dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Sumberargo, Ahmad Jasuli.
Ia menjelaskan bahwa selama ini petani hanya menjual kopi gelondong basah dengan harga berkisar Rp14.000 hingga Rp16.000 per kilogram.
Setelah adanya mesin pulper, petani memiliki peluang menjual kopi dalam bentuk HS kering dengan nilai yang jauh lebih tinggi, yakni Rp40.000 hingga Rp60.000 per kilogram.
Hal tersebut disebut sebagai lompatan besar yang dapat mendongkrak pendapatan petani.
Selain aspek ekonomi, kegiatan ini juga dipandang sebagai momentum strategis untuk memperkenalkan kopi Situbondo, khususnya dari lereng Argopuro, ke pasar yang lebih luas.
Kolaborasi antara petani, akademisi, dan pemerintah desa diharapkan mampu memperkuat posisi kopi Situbondo sehingga tidak hanya dikenal secara lokal, tetapi juga dapat bersaing di tingkat nasional.
Bagi kelompok tani Argo Rengganis, mesin pulper lebih dari sekadar bantuan alat. Benda tersebut menjadi simbol perubahan yang nyata.
Mereka percaya bahwa dengan dukungan teknologi, hasil panen kopi bisa meningkat, baik dari sisi kualitas maupun harga jual.
Sugianto meyakini kerja sama dengan perguruan tinggi akan terus berlanjut dan memberi manfaat jangka panjang bagi para petani.
Di tengah semerbak aroma kopi dari kebun di sekitar desa, semangat baru kini tumbuh di kalangan petani.
Mereka merasa tidak lagi sekadar bermimpi untuk meningkatkan kesejahteraan.
Dengan adanya sinergi antara dunia akademik, masyarakat, dan pemerintah, harapan untuk menjadikan kopi Situbondo lebih berdaya saing kini benar-benar berada di depan mata.***