UMKMJATIM.COM – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital dan gaya hidup serba cepat, muncul sosok pemuda dari Kabupaten Sampang yang menyerukan pentingnya kembali pada sektor paling fundamental dalam kehidupan: pangan.
Mochammad Yusron, seorang Pemuda Pelopor Sampang di bidang Pangan, menjadi figur inspiratif yang mengajak generasi muda untuk kembali menghargai profesi bertani dan membudidayakan ikan sebagai fondasi ketahanan pangan nasional. Ia menilai bahwa secanggih apa pun teknologi berkembang—bahkan dengan hadirnya kecerdasan buatan—kebutuhan pangan tetap tidak dapat digantikan.
Dalam program bincang publik di RRI Sampang, ia menyampaikan bahwa profesi petani merupakan pekerjaan yang menopang kehidupan masyarakat luas.
Pandangannya tersebut muncul dari pengamatan bahwa banyak anak muda kini lebih memilih profesi modern, padahal sektor pangan justru menawarkan peluang besar jika dikelola dengan benar.
Ia menilai, rasa malu untuk bertani harus dihapus karena pertanian adalah pekerjaan yang berdampak langsung pada keberlangsungan hidup.
Kiprah Yusron di dunia pangan tidak muncul begitu saja. Ia aktif di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakkan) Aji Gunong, fokus pada pengembangan budidaya lele.
Ia bersama timnya berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk memproduksi pakan mandiri berbahan dasar ikan rumah atau ikan yang tidak terpakai.
Cara ini tidak hanya menekan biaya produksi, tetapi juga membantu mengurangi sampah organik yang biasanya berasal dari limbah ikan.
Yusron menegaskan bahwa potensi lokal, terutama di Madura, sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal oleh anak muda.
Ia mendorong generasi muda untuk bangkit mengolah tanah dan memaksimalkan lahan yang ada, sekaligus mendukung program nasional seperti penyediaan makanan bergizi.
Menurutnya, ketahanan pangan tidak akan pernah tercapai jika masyarakat enggan terlibat langsung di dalamnya.
Sebagai bentuk kontribusi pengetahuan, Yusron memilih untuk membagikan ilmu secara luas.
Ia aktif membuat konten edukasi di TikTok melalui akun @pokdakanleleajigung. Di sana, ia membahas teknik budidaya lele, penggunaan pakan mandiri, hingga cara menekan risiko kematian ikan.
Selain itu, ia tengah menyiapkan buku panduan budidaya lele yang dikembangkan bersama mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Buku tersebut rencananya akan dirilis pada Desember dan disumbangkan ke perpustakaan daerah agar dapat diakses secara gratis oleh masyarakat.
Perjalanan Yusron di dunia budidaya lele dimulai setelah pandemi Covid-19. Berangkat dari tiga kolam sederhana, ia berhasil mengembangkan usaha tersebut menjadi empat belas kolam produktif.
Pencapaian ini menunjukkan bahwa dengan kemauan, disiplin, dan inovasi, pemuda dapat berperan besar dalam memperkuat ketahanan pangan desa.
Ia juga memberi pesan kuat kepada generasi muda bahwa petani dan pembudidaya adalah profesi penting yang akan selalu dibutuhkan.
Ia mengingatkan bahwa ketergantungan pada impor pangan hanya akan melemahkan kemandirian bangsa.
Karena itu, ia mendorong anak muda untuk berani terjun ke sektor pangan dan memulai dari lingkungan terdekat.
Melalui semangat dan visinya, Yusron telah menjadi contoh nyata bahwa kemandirian pangan dapat dibangun dari desa.
Baginya, ketahanan pangan bukan hanya tugas pemerintah, melainkan gerakan bersama yang harus dimulai oleh generasi muda.
Dengan memanfaatkan lahan, menanam sendiri, serta mengolah hasil budidaya secara kreatif, ia percaya desa dapat menjadi pilar utama dalam menjaga ketersediaan pangan di masa depan.***











