UMKMJATIM.COM – Diberitakan bahwa petani tomat di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sedang menghadapi keadaan sulit akibat anjloknya harga jual tomat di pasaran.
Dari sebelumnya berada di angka Rp25.000 per kilogram, kini harga tomat turun drastis menjadi hanya Rp12.500 per kilogram.
Muhammad Nurhadi, salah satu petani tomat di Dusun Mulyorejo, Desa Kandangtepus, Kecamatan Senduro,
menyampaikan bahwa penurunan harga ini mulai terjadi sekitar sepuluh hari terakhir dan hingga Kamis (25/7/2025), belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Menurut Nurhadi, melimpahnya pasokan tomat di pasaran menjadi penyebab utama jatuhnya harga.
Ia menduga stok yang melimpah tidak diimbangi oleh tingginya permintaan dari pasar, yang justru cenderung menurun dalam beberapa hari terakhir.
“Penurunan harga ini karena permintaan pasar menurun, tidak seperti sebelumnya. Ditambah lagi banyaknya tomat yang masuk ke pasar membuat stok berlimpah,” ungkap Nurhadi saat diwawancarai pada Jumat (25/7/2025).
Kini, Nurhadi tengah menunggu masa panen tomat jenis To Siva F1 yang telah ditanam sejak dua bulan lalu.
Ia memperkirakan panen akan mulai dilakukan sekitar 15 hari ke depan karena buah tomat sudah mulai matang di pohon.
Tak hanya itu, Nurhadi juga sedang mempersiapkan tahap tanam berikutnya.
Kurang lebih 5.000 bibit tomat sudah disiapkan untuk penanaman awal dalam waktu dekat.
Sementara itu, tomat yang siap panen saat ini berasal dari sekitar 2.000 batang yang telah tumbuh dan berkembang di lahannya.
“Sekarang saya sudah mulai persiapan untuk penanaman berikutnya. Mohon doanya agar semuanya lancar,” tutup Nurhadi.
Turunnya harga tomat ini menjadi pukulan berat bagi para petani, terutama di tengah biaya produksi yang terus meningkat.
Kondisi ini membuat margin keuntungan semakin tipis, bahkan bisa mengakibatkan kerugian jika harga tetap rendah saat panen tiba.
Situasi ini menggambarkan tantangan klasik yang sering dihadapi oleh petani hortikultura, yaitu fluktuasi harga yang tidak menentu akibat permainan pasar dan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.
Tanpa regulasi dan intervensi pasar yang tepat, nasib petani menjadi sangat tergantung pada dinamika pasar yang seringkali merugikan.
Petani berharap adanya perhatian dari pemerintah daerah maupun pusat untuk menciptakan stabilitas harga,
baik melalui regulasi stok maupun perluasan akses pasar agar produk pertanian mereka tetap memiliki nilai ekonomis yang layak.***