UMKMJATIM.COM – Meskipun terjadi penurunan pasokan akibat kegiatan karnaval di sejumlah daerah penghasil, harga berbagai jenis cabai di Pasar Induk Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, terpantau tetap stabil.
Informasi ini dirilis oleh Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri pada Sabtu (26/7/2025).
Suyono, Ketua APCI Kabupaten Kediri, menjelaskan bahwa penurunan pasokan disebabkan oleh liburnya kegiatan panen di beberapa desa karena masyarakat tengah disibukkan dengan agenda karnaval.
Meski demikian, kondisi pasar tetap terkendali dan harga cabai belum mengalami lonjakan.
Untuk varian Cabai Rawit Merah (CRM), varietas Ori 212 dan Brengos 99 dijual dengan harga Rp30.000 per kilogram.
Sementara itu untuk varietas Asmoro 043 dan Kamelia masing-masing dibanderol Rp29.000 per kilogram.
Varietas Prentol atau Tumi 99 memiliki harga lebih rendah, yaitu Rp26.000 per kilogram.
Sedangkan harga Cabai Merah Besar (CMB) relatif lebih murah. Lalu untuk varietas Gada MK ada di harga Rp23.000 per kilogram, varietas Imola berada di angka Rp21.000, dan Sandi 08 dijual Rp20.000 per kilogram.
Sementara itu, untuk Cabai Merah Keriting (CMK), varietas Boos Tavi tercatat seharga Rp29.000 per kilogram dan Sibad hanya Rp17.000 per kilogram.
Distribusi cabai juga tetap berjalan meskipun aktivitas petik berkurang. Untuk wilayah Jabodetabek, pengiriman terdiri dari 1 ton CMB, 0,5 ton CMK, dan 1 ton CRM.
Sedangkan industri dalam negeri menyerap sekitar 3 ton CMB dan 2 ton CRM. Sementara pengiriman ke Kalimantan didominasi oleh CRM sebanyak 2,5 ton.
Dari sisi pasokan, CRM berasal dari wilayah Kediri dan Malang dengan total 14 ton. Untuk CMB, Kediri dan Malang menyumbang pasokan sebesar 7 ton.
Sedangkan CMK didistribusikan dari wilayah Kediri sebanyak 1 ton.
Meskipun pasokan sempat terganggu karena faktor non-ekonomi seperti kegiatan budaya, pasar tetap mampu menjaga kestabilan harga.
Hal ini dinilai positif oleh para pelaku usaha agribisnis karena tidak menimbulkan gejolak harga yang merugikan baik konsumen maupun petani.
Stabilitas harga ini juga menjadi indikator bahwa sistem distribusi dan permintaan pasar mulai menunjukkan ketahanan, walaupun gangguan pasokan sementara terjadi.***