UMKMJATIM.COM – Kota Madiun kembali mencatat inflasi pada bulan September 2025, dengan angka mencapai 0,03 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan dan non-pangan menjadi pendorong utama terjadinya inflasi tersebut.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun, Abdul Azis, menyampaikan bahwa inflasi bulanan ini menunjukkan adanya pergerakan harga pada beberapa kelompok pengeluaran.
Menurutnya, meskipun angka inflasi tergolong rendah, kondisi tersebut tetap perlu diwaspadai karena mencerminkan dinamika harga di tingkat konsumen.
“Secara bulanan, inflasi Kota Madiun pada September 2025 terhadap Agustus 2025 tercatat sebesar 0,03 persen,” jelasnya.
Ia menambahkan, inflasi kalender dari Januari hingga September 2025 mencapai 1,43 persen, sedangkan inflasi tahun ke tahun (year on year) sebesar 2,37 persen dibandingkan September 2024.
Berdasarkan laporan BPS, kenaikan inflasi bulanan disebabkan oleh meningkatnya harga pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan inflasi sebesar 0,67 persen dan memberikan andil 0,03 persen terhadap total inflasi.
Sementara itu, kelompok pendidikan juga turut menyumbang inflasi sebesar 0,40 persen, dengan andil 0,02 persen.
Kenaikan ini berkaitan dengan tarif akademi atau perguruan tinggi yang mengalami peningkatan sekitar 1,25 persen.
Azis menjelaskan bahwa beberapa komoditas utama penyumbang inflasi pada September 2025 di antaranya adalah:
Daging ayam ras yang mengalami inflasi 10,82 persen, dengan andil 0,13 persen.
Cabai rawit yang naik 7,22 persen, dengan andil 0,2 persen.
Emas perhiasan yang meningkat 5,38 persen, berkontribusi 0,03 persen.
Selain itu, komoditas lain seperti cabai merah dan apel juga mengalami kenaikan harga yang ikut mendorong inflasi di Kota Madiun.
Meski sejumlah harga mengalami kenaikan, ada pula beberapa komoditas yang justru membantu menekan laju inflasi di bulan yang sama.
Bawang merah, misalnya, mengalami penurunan harga signifikan hingga 24,83 persen, sehingga memberikan sumbangan inflasi negatif sebesar -0,15 persen.
Begitu pula dengan tomat, yang harganya turun 27,14 persen dan berkontribusi pada inflasi negatif sebesar -0,03 persen.
Penurunan ini menjadi faktor penyeimbang terhadap lonjakan harga pada komoditas lain.
Azis juga menyebut bahwa inflasi tahun ke tahun (YoY) pada September 2025 masih lebih rendah dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Pada September 2023, inflasi tercatat 2,16 persen, sementara pada September 2024 sebesar 1,22 persen.
Dengan demikian, angka inflasi 2025 dinilai masih dalam batas aman dan terkendali.
Namun, ia tetap mengingatkan agar masyarakat dan pemerintah daerah terus memantau pergerakan harga, terutama pada komoditas pangan strategis menjelang akhir tahun.
“Perubahan harga pada komoditas utama seperti daging ayam, cabai, dan emas perlu diantisipasi. Koordinasi lintas sektor sangat penting agar stabilitas harga tetap terjaga,” tegasnya.
Secara keseluruhan, inflasi Kota Madiun pada September 2025 mencerminkan kondisi ekonomi yang relatif stabil dengan kenaikan harga pada komoditas tertentu.
Meskipun terjadi peningkatan harga bahan pangan, penurunan pada beberapa komoditas lain seperti bawang merah dan tomat berhasil menahan laju inflasi agar tidak terlalu tinggi.
Kondisi ini diharapkan menjadi perhatian bersama agar kebijakan pengendalian inflasi daerah dapat terus diperkuat, terutama dalam menjaga keseimbangan antara ketersediaan pasokan dan daya beli masyarakat.***