UMKMJATIM.COM – Pada hari H Lebaran, serapan komoditas cabai mengalami penurunan drastis dengan pasokan yang hanya dialokasikan untuk kebutuhan lokal.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri pada Senin, 31 Maret 2025, tidak ada pengiriman cabai ke luar daerah, sementara harga beberapa jenis cabai mengalami fluktuasi.
Harga cabai rawit merah (CRM) mengalami perubahan pada beberapa varietas.
Varietas Ori 212 dan Brengos 99 yang sebelumnya dihargai Rp100.000 per kilogram mengalami penurunan sebesar Rp5.000 sehingga menjadi Rp95.000 per kilogram.
Sementara itu, varietas Asmoro 043 dan cabai lokal Kediri tetap stabil dengan harga Rp90.000 per kilogram.
Cabai Prentol/Tumi 99 berada di kisaran harga Rp85.000 per kilogram.
Ketua Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) Kabupaten Kediri, Suyono, menyatakan bahwa pada hari tersebut tidak ada serapan cabai untuk daerah lain, dan seluruh pasokan hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal.
Sementara itu, harga cabai merah besar (CMB) mengalami kenaikan. Varietas Gada MK yang sebelumnya dibanderol Rp45.000 naik Rp5.000 menjadi Rp50.000 per kilogram.
Begitu pula dengan varietas Imola yang mengalami peningkatan harga dari Rp43.000 menjadi Rp48.000 per kilogram.
Cabai merah keriting (CMK) juga mengalami kenaikan harga. Varietas Boos Tavi yang sebelumnya dihargai Rp45.000 naik menjadi Rp50.000 per kilogram,
sementara varietas Sibad mengalami kenaikan dari Rp43.000 menjadi Rp48.000 per kilogram.
Pada hari tersebut, pengiriman cabai ke wilayah Jabodetabek tidak dilakukan.
Selain itu, serapan cabai untuk kebutuhan industri mengalami penurunan karena banyaknya pabrik yang libur selama Lebaran.
Pengiriman ke Kalimantan juga tidak dilakukan, sehingga seluruh pasokan cabai tertahan di wilayah Kediri.
Dari data yang dirilis, pasokan cabai rawit merah yang tersedia di Kediri pada hari tersebut mencapai 2 ton.
Sementara itu, pasokan cabai merah besar dari daerah yang sama berjumlah 0,7 ton, dan cabai merah keriting yang berasal dari Kediri hanya mencapai 0,3 ton.
Kondisi ini mencerminkan tren yang sering terjadi saat perayaan Lebaran, di mana permintaan cabai dari luar daerah cenderung menurun karena banyaknya sektor industri yang berhenti beroperasi sementara.
Selain itu, perubahan pola konsumsi masyarakat juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap serapan komoditas ini.
Para petani berharap bahwa setelah masa libur Lebaran berakhir, serapan cabai dari berbagai daerah dapat kembali normal.
Mereka juga mengantisipasi adanya peningkatan permintaan pasca-Lebaran, yang biasanya terjadi seiring dengan berjalannya kembali aktivitas industri dan distribusi komoditas pertanian ke berbagai wilayah.
Dengan kondisi harga yang masih fluktuatif, petani dan pedagang cabai tetap mengamati perkembangan pasar guna memastikan stabilitas pasokan dan harga di tingkat lokal maupun nasional.
Ke depan, mereka berharap ada langkah strategis yang dapat dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara produksi, distribusi, dan harga cabai di pasaran.***