UMKMJATIM.COM – Dalam pelaksanaan program Serap Gabah Petani (Sergap),
pendampingan dari TNI melalui peran aktif Bintara Pembina Desa (Babinsa) terus dilakukan guna memastikan proses berjalan lancar dan kebutuhan petani terpenuhi.
Salah satu perhatian yang muncul adalah penentuan lokasi gudang pengeringan gabah, yang dinilai masih kurang efisien karena sering kali jauh dari domisili petani.
Sertu Sutrisno, Babinsa Desa Bakalan yang bertugas di Koramil 0809/05 Grogol, Kodim Kediri, menyampaikan bahwa sejauh ini pendampingan berjalan cukup baik.
Interaksi antara petani dengan Babinsa maupun dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) berlangsung tanpa kendala berarti.
Namun demikian, ia menyoroti adanya keluhan dari petani terkait kebijakan pengiriman gabah yang dianggap kurang menguntungkan secara logistik.
Menurut penuturannya, petani menyampaikan keberatan karena meskipun terdapat gudang pengeringan yang lebih dekat dengan lokasi lahan,
mereka tetap diarahkan untuk mengirim hasil panen ke gudang yang jaraknya lebih jauh.
Hal ini berdampak langsung pada meningkatnya biaya transportasi, yang akhirnya mengurangi keuntungan yang seharusnya diperoleh petani.
Kritik serupa juga disampaikan oleh Bandi, salah seorang petani asal Desa Bakalan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri.
Ia mengungkapkan bahwa proses penentuan gudang pengeringan tidak dilakukan secara langsung setelah pendaftaran, melainkan harus menunggu arahan dari pihak Bulog.
Bandi merasa kecewa karena meskipun terdapat fasilitas pengeringan yang lebih dekat, ia tetap diminta untuk mengirimkan gabah ke lokasi yang lebih jauh.
Ia mencontohkan bahwa gudang pengeringan di daerah Banyakan sebenarnya dapat dijangkau dengan lebih mudah oleh para petani di sekitarnya.
Dalam hal pelayanan dari PPL, Bandi mengaku cukup puas karena respons yang diberikan sejauh ini dinilai cepat dan membantu.
Namun, untuk proses pengangkutan dan pencarian tenaga kerja angkut, ia mengaku masih harus dilakukan secara mandiri oleh para petani.
Kondisi ini tentu menambah beban, terutama bagi petani kecil yang memiliki keterbatasan tenaga dan sarana.
Menanggapi hal tersebut, Sertu Sutrisno menambahkan bahwa harapan ke depan adalah agar pengiriman gabah dapat dilakukan ke gudang pengeringan yang letaknya lebih dekat dengan lahan petani.
Hal ini diharapkan tidak hanya akan mengurangi beban biaya transportasi, tetapi juga mempercepat proses pascapanen yang menjadi bagian penting dari keberhasilan program ketahanan pangan nasional.
Isu ini menggambarkan pentingnya koordinasi yang lebih baik antara petani, Babinsa, PPL, dan pihak Bulog dalam pelaksanaan Sergap.
Penentuan lokasi gudang pengeringan seharusnya mempertimbangkan efisiensi jarak dan ketersediaan fasilitas, sehingga program yang bertujuan membantu petani justru tidak menambah beban baru.
Melalui perhatian dan evaluasi kebijakan pengiriman seperti yang disuarakan oleh para petani dan pendamping lapangan, diharapkan program Sergap dapat memberikan manfaat lebih optimal bagi kesejahteraan petani lokal di Kediri dan wilayah lainnya.***