UMKMJATIM.COM – Menjelang perayaan Iduladha 1446 Hijriah, pola belanja masyarakat Indonesia menunjukkan perubahan signifikan.
Dibandingkan dengan periode Lebaran sebelumnya, kali ini terjadi penurunan dalam konsumsi rumah tangga.
Banyak keluarga terlihat lebih hati-hati dalam mengatur pengeluaran, terutama dalam menyambut hari raya kurban.
Peneliti Senior dari Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB), Joko Budi Santoso, S.E., M.E., menjelaskan bahwa penurunan konsumsi ini dipicu oleh berbagai faktor yang memengaruhi daya beli masyarakat.
Salah satu faktor utama yang memengaruhi keputusan keuangan rumah tangga saat ini adalah persiapan menjelang tahun ajaran baru serta kebutuhan untuk menyambut libur panjang.
Menurut Joko, masyarakat kini lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan primer seperti biaya pendidikan anak, sembako, dan kebutuhan pokok lainnya.
Sementara itu, belanja untuk kebutuhan sekunder seperti pakaian baru atau barang-barang elektronik mengalami penurunan.
Ia menilai hal ini sebagai tanda positif munculnya kesadaran finansial di kalangan masyarakat, khususnya rumah tangga menengah ke bawah.
Perubahan sikap ini, menurutnya, mencerminkan pergeseran pola pikir konsumtif menjadi lebih rasional dan terencana.
Masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga stabilitas keuangan, terutama dalam menghadapi tekanan ekonomi yang tidak menentu.
Meski konsumsi menurun, hal ini dapat dilihat sebagai upaya rumah tangga dalam menjaga daya tahan ekonomi keluarga dalam jangka panjang.
Di sisi lain, Joko juga menyoroti pentingnya intervensi pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat menjelang hari raya besar seperti Iduladha.
Ia menyampaikan bahwa program bantuan sosial yang selama ini disalurkan oleh pemerintah dapat menjadi salah satu pendorong pemulihan konsumsi.
Namun, ia juga mengingatkan agar bantuan tersebut disalurkan secara tepat sasaran dan dikombinasikan dengan kebijakan stabilisasi harga yang efektif.
Menurut dirinya, salah satu langkah strategis yang bisa diambil oleh pemerintah adalah dengan memperkuat distribusi dan juga keterjangkauan bahan pangan pokok.
Dengan demikian, masyarakat tetap bisa memenuhi kebutuhan dasar tanpa harus mengorbankan anggaran rumah tangga yang telah dialokasikan untuk keperluan lain, termasuk pendidikan anak.
Lebih lanjut, Joko berharap agar momentum Iduladha ini juga bisa dimanfaatkan pemerintah untuk mendorong perputaran ekonomi lokal melalui dukungan kepada pelaku usaha mikro dan kecil.
Menurutnya, peningkatan konsumsi yang sehat dan terukur bisa memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara umum, sekaligus mendorong daya tahan ekonomi masyarakat di tengah tantangan yang ada.
Dengan tren penurunan konsumsi ini, terlihat bahwa masyarakat tidak hanya menyesuaikan diri dengan kondisi ekonomi saat ini, tetapi juga mulai menunjukkan pola perilaku keuangan yang lebih bijak.
Hal ini menjadi modal penting dalam membentuk ketahanan ekonomi nasional yang lebih kuat di masa mendatang.***