UMKMJATIM.COM – Musim kemarau basah yang melanda wilayah Lamongan memberikan tantangan serius bagi petani tembakau.
Curah hujan yang tetap tinggi meskipun berada di musim kemarau membuat banyak lahan tergenang dan menyebabkan kegagalan tanam.
Namun, di tengah tantangan tersebut, sejumlah petani mulai mengadopsi metode tanam baru sebagai alternatif adaptif terhadap perubahan iklim.
Salah satu inovasi yang mulai diterapkan adalah sistem tanam menggunakan pot tray.
Metode ini memungkinkan proses persemaian bibit dilakukan secara lebih terlindungi sebelum dipindahkan ke lahan terbuka.
Yoyok, yang merupakan seorang petani tembakau asal Desa Kuwurejo, Kecamatan Bluluk, menjadi salah satu pelopor penggunaan pot tray di wilayahnya.
Dalam praktiknya, Yoyok menjelaskan bahwa bibit tembakau diseleksi dengan cermat sebelum ditanam ke dalam pot tray yang berisi campuran tanah gembur dan pupuk organik.
Bibit dibiarkan tumbuh selama kurang lebih 15 hari hingga akarnya cukup kuat, barulah dipindahkan ke lahan utama untuk ditanam secara permanen.
Ia mengungkapkan bahwa penggunaan pot tray memberikan rasa aman tersendiri.
Pasalnya, bibit tidak langsung terkena guyuran hujan, sehingga risiko kematian akibat genangan air atau pembusukan bisa ditekan secara signifikan.
Menurutnya, metode ini lebih adaptif terhadap cuaca ekstrem yang kian tidak menentu setiap tahun.
Selain itu, sistem ini juga dinilai membantu memperkuat batang tanaman dan meningkatkan daya tahan bibit terhadap penyakit.
Perawatan harian seperti penyiraman terkontrol dan pemupukan yang merata turut mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.
Hal ini berdampak langsung pada tingkat keberhasilan tanam yang lebih tinggi dibandingkan metode konvensional di lahan terbuka.
Dari sisi efisiensi biaya, metode tanam dengan pot tray juga memberikan keuntungan bagi petani.
Karena tingkat kegagalan benih jauh lebih rendah, petani tidak perlu mengeluarkan anggaran tambahan untuk membeli benih secara berulang kali.
Efisiensi ini menjadi nilai tambah di tengah naiknya harga sarana produksi pertanian.
Yoyok berharap inovasi pertanian ini bisa diperluas penerapannya ke lebih banyak wilayah di Lamongan.
Menurutnya, jika pemerintah daerah dapat memberikan dukungan berupa pelatihan teknis dan bantuan alat atau bahan, maka potensi peningkatan produktivitas tembakau bisa lebih maksimal.
Ia pun menyatakan kesiapan dirinya dan petani lainnya untuk mengikuti pelatihan jika difasilitasi oleh pihak terkait.
Menurutnya, adaptasi melalui metode tanam modern seperti ini adalah langkah nyata dalam menjaga keberlangsungan pertanian tembakau di tengah tantangan perubahan iklim.
Dengan metode pot tray, para petani tembakau di Lamongan kini memiliki harapan baru untuk tetap produktif dan berdaya saing meskipun menghadapi musim tanam yang tidak menentu.
Inovasi sederhana ini diyakini dapat menjadi solusi masa depan yang berkelanjutan bagi sektor pertanian lokal.***