UMKMJATIM.COM – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Sumenep kembali menghadirkan terobosan baru dalam upaya optimalisasi lahan pertanian dengan menerapkan inovasi tumpang sari.
Kali ini, program tersebut digerakkan di Desa Nyabakan Barat, Kecamatan Batang-Batang, sebagai bagian dari strategi memperkuat produksi pangan sekaligus meningkatkan produktivitas lahan.
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid, dan turut melibatkan perwakilan Polsek Batang-Batang, Koramil, serta kelompok tani setempat.
Model tumpang sari yang dikembangkan menggabungkan komoditas padi dengan tanaman siwalan.
Kombinasi dua komoditas ini dinilai mampu memberikan manfaat ganda bagi petani sekaligus memaksimalkan pemanfaatan lahan, terutama di wilayah marginal yang selama ini kurang produktif.
Program tersebut merupakan tindak lanjut dari instruksi Menteri Pertanian yang mendorong seluruh daerah untuk memperluas luas tambah tanam,
baik pada lahan sawah yang termasuk dalam Luas Baku Sawah (LBS) maupun lahan non-sawah di luar LBS.
Kabupaten Sumenep sendiri memiliki lebih dari 100 ribu hektare lahan marginal.
Jika ditunjang dengan ketersediaan air yang memadai, lahan-lahan ini memiliki potensi besar untuk dijadikan area produksi pertanian yang berdaya saing.
Inovasi tumpang sari menjadi salah satu cara efektif untuk memaksimalkan peluang tersebut.
Menurut DKPP, langkah ini merupakan bagian dari upaya sistematis untuk memperkuat ketahanan pangan daerah dan mendukung program swasembada pangan nasional.
KJF Penyuluh Pertanian DKPP Sumenep, Dewo Ringgih, menjelaskan bahwa instruksi Menteri Pertanian terkait peningkatan luas tanam langsung ditindaklanjuti melalui gerakan tanam serentak di berbagai wilayah.
Termasuk di antaranya adalah pemanfaatan lahan marginal yang selama ini belum dimaksimalkan.
“Selama ketersediaan air mencukupi, lahan marginal seharusnya tidak dibiarkan kosong. Dengan tumpang sari, kita bisa memaksimalkan potensi daerah sekaligus meningkatkan produktivitas pangan,” jelas Dewo, Kamis (27/11/2025).
Ia menambahkan bahwa inovasi tumpang sari padi–siwalan merupakan langkah baru yang membuka peluang ekonomi lebih besar bagi petani.
Tanaman siwalan dan komoditas lain seperti kelapa atau mente sudah lama menjadi sumber pendapatan petani.
Dengan hadirnya tanaman padi di lahan yang sama, petani kini berkesempatan memperoleh dua manfaat sekaligus.
“Model ini belum banyak diterapkan sebelumnya. Namun manfaatnya jelas, petani tidak hanya mengandalkan komoditas perkebunan seperti siwalan, tetapi juga mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil panen padi,” ujarnya.
Selain itu, inovasi ini sejalan dengan fokus pembangunan pemerintah pada tahun 2026, yang menempatkan dua agenda utama: swasembada pangan berkelanjutan dan hilirisasi perkebunan, terutama untuk komoditas kelapa dan mente.
Dengan menggabungkan produksi pangan dan komoditas perkebunan dalam satu lahan, Kabupaten Sumenep dapat bergerak selaras dengan arah kebijakan nasional.
“Tumpang sari menjadi solusi yang menyentuh dua prioritas sekaligus. Kita memperkuat ketahanan pangan sekaligus mendukung hilirisasi komoditas unggulan daerah,” tambah Dewo.
Melalui program inovatif ini, DKPP Sumenep berharap lahan-lahan marginal semakin produktif dan berdaya guna bagi masyarakat.
Upaya ini tidak hanya meningkatkan pendapatan petani tetapi juga memperkuat ketahanan pangan berkelanjutan serta mendukung program nasional secara konsisten.***











