Lonjakan Harga Kedelai Impor Tekan Produksi Tahu dan Tempe di Sidoarjo

Redaksi UMKM JATIM

- Redaksi

Friday, 25 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

UMKMJATIM.COM – Kenaikan signifikan harga kedelai impor telah memberikan tekanan berat terhadap para perajin tahu dan tempe di Kabupaten Sidoarjo,

Jawa Timur, sehingga mereka terpaksa melakukan penyesuaian produksi untuk mengimbangi kenaikan biaya bahan baku.

Kenaikan ini berdampak pada pergeseran strategi produksi, seperti pengurangan ukuran produk, guna menjaga agar harga jual tidak melonjak dan tetap terjangkau di mata konsumen.

Data lapangan menunjukkan bahwa harga kedelai impor berkualitas terbaik kini berada pada kisaran Rp 10.200 hingga Rp 10.800 per kilogram, naik tajam dibandingkan dengan harga sebelumnya yang hanya sekitar Rp 8.000 per kilogram.

Lonjakan harga ini merupakan kenaikan tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, hingga menambah keruwetan tantangan yang dihadapi oleh para pelaku usaha tahu dan tempe.

Peningkatan biaya bahan baku secara langsung berdampak pada keuntungan para perajin, sehingga menekan daya saing mereka di pasar lokal.

Salah satu perajin tahu dari Kecamatan Taman mengungkapkan bahwa penyesuaian ukuran produk dilakukan sebagai langkah preventif agar harga jual produk tidak naik drastis.

Baca Juga :  Mengenal Batik Sumber Arafat Bangkalan yang Sukses Tembus Pasar Global

Ia menjelaskan bahwa pengurangan ukuran tahu merupakan solusi yang harus ditempuh untuk mengimbangi naiknya biaya bahan baku, dengan tujuan agar konsumen tidak merasa terbebani dan akhirnya beralih ke produk lain.

Dalam proses produksinya, perajin tersebut mengonsumsi sekitar 1,2 ton kedelai setiap hari.

Kondisi di lapangan menunjukkan, bila penghitungan keuntungan tidak dilakukan secara cermat, maka risiko kerugian pun semakin meningkat.

Selain beban kenaikan harga impor, ketersediaan kedelai lokal yang tidak stabil dari segi kualitas turut menjadi kendala utama bagi para produsen.

Meski terdapat alternatif sumber bahan baku dari dalam negeri, mayoritas produsen lebih memilih kedelai impor dari Amerika Serikat.

Hal ini dikarenakan kedelai impor tersebut dianggap memiliki kesesuaian kualitas yang lebih baik untuk proses produksi tahu dan tempe.

Baca Juga :  Strategi Promosi dan Diskon untuk Meningkatkan Penjualan

Dengan demikian, ketergantungan pada impor semakin menguat, yang secara tidak langsung meningkatkan beban biaya produksi jika harga impor tetap tidak stabil.

Di sisi lain, pedagang eceran menyampaikan bahwa sampai saat ini, konsumen masih menerima perubahan ukuran tahu yang dijual di pasar.

Meskipun terjadi pengurangan ukuran, harga per biji tetap stabil, yakni sekitar Rp 2.000, sehingga konsumen lebih memilih mempertahankan pembelian tanpa harus menanggung beban kenaikan harga yang signifikan.

Adanya kesepakatan ini dianggap memberikan pelonggaran bagi para pelaku usaha, yang walaupun harus menyesuaikan ukuran produk,

setidaknya harga jualnya tidak mengalami peningkatan drastis.

Dalam kondisi yang semakin memprihatinkan ini, para perajin dan pedagang berharap agar pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi permasalahan pasokan dan penetapan harga kedelai impor.

Para pelaku usaha menginginkan adanya jaminan pasokan yang lebih stabil dan kebijakan yang dapat menekan laju kenaikan harga bahan baku.

Baca Juga :  Prospek Ekonomi Jawa Timur 2025: Pertumbuhan Stabil dan Strategi Penguatan Sektor Unggulan

Harapan mereka agar intervensi pemerintah dapat menyelamatkan industri rumahan tahu dan tempe, yang merupakan salah satu sektor penghasil lapangan pekerjaan dan penggerak ekonomi lokal.

Mereka menilai, tanpa adanya langkah tegas dari pemerintah, banyak usaha kecil yang berisiko harus gulung tikar karena margin keuntungan yang semakin menipis.

Langkah intervensi yang dimaksud antara lain adalah penetapan harga acuan bahan baku, penyediaan subsidi atau bantuan langsung kepada produsen, serta peningkatan koordinasi antara instansi terkait dengan pelaku usaha.

Harapannya, dengan adanya dukungan kebijakan pemerintah, industri tahu dan tempe di Sidoarjo mampu bertahan di tengah tekanan biaya produksi yang terus meningkat.

Pemerintah dianggap perlu segera merespons kondisi ini agar sektor UMKM yang selama ini menjadi penopang ekonomi masyarakat tidak mengalami keruntuhan dan tetap dapat berkembang meski dalam situasi pasar global yang tidak menentu.***

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Perbedaan dan Kolaborasi Online vs Offline Marketing: Strategi Efektif untuk Maksimalkan Jangkauan UMKM
Tips Menggunakan WhatsApp Bisnis untuk UMKM: Komunikasi Lebih Cepat, Penjualan Meningkat
Cara Memulai Promosi Lewat Media Sosial untuk UMKM: Panduan Praktis untuk Pemula
Manfaat Digital Marketing untuk UMKM: Strategi Efektif Tingkatkan Penjualan
5 Strategi Pemasaran Tradisional yang Masih Efektif untuk UMKM
Koperasi Merah Putih Siap Diluncurkan, Pemkab Sampang Dorong Penguatan Ekonomi Desa Lewat UMKM
Ayam Lodho Khas Tulungagung: Kuliner Legendaris dengan Cita Rasa Kaya Rempah
Kabupaten Malang Gencarkan Sosialisasi Sertifikasi dan Pengawasan Residu Pangan

Berita Terkait

Thursday, 12 June 2025 - 17:00 WIB

Perbedaan dan Kolaborasi Online vs Offline Marketing: Strategi Efektif untuk Maksimalkan Jangkauan UMKM

Thursday, 12 June 2025 - 15:00 WIB

Tips Menggunakan WhatsApp Bisnis untuk UMKM: Komunikasi Lebih Cepat, Penjualan Meningkat

Thursday, 12 June 2025 - 13:00 WIB

Cara Memulai Promosi Lewat Media Sosial untuk UMKM: Panduan Praktis untuk Pemula

Thursday, 12 June 2025 - 11:00 WIB

Manfaat Digital Marketing untuk UMKM: Strategi Efektif Tingkatkan Penjualan

Thursday, 12 June 2025 - 09:00 WIB

5 Strategi Pemasaran Tradisional yang Masih Efektif untuk UMKM

Berita Terbaru

Bisnis

5 Strategi Pemasaran Tradisional yang Masih Efektif untuk UMKM

Thursday, 12 Jun 2025 - 09:00 WIB