UMKMJATIM.COM – Menjelang perayaan Iduladha 2025, harga beberapa komoditas sayuran di Kota Malang mulai menunjukkan lonjakan.
Pantauan di Pasar Blimbing per tanggal 26 Mei 2025 menunjukkan bahwa tomat dan timun menjadi dua komoditas yang mengalami kenaikan harga paling mencolok.
Ahmad, seorang pedagang sayur di pasar tersebut, menyebutkan bahwa harga timun kini dibanderol sebesar Rp 15.000 per kilogram.
Namun, informasi dari pedagang lainnya, Faruk, menunjukkan bahwa harga timun bahkan bisa mencapai Rp 20.000 per kilogram tergantung kualitas dan pasokan yang diterima.
Faruk juga mengungkapkan bahwa harga tomat naik signifikan dan kini dijual dengan harga Rp 18.000 per kilogram.
Meskipun harga beberapa sayur mengalami kenaikan yang cukup tajam, harga komoditas lain seperti cabai, bawang merah, dan bawang putih masih tergolong stabil.
Kondisi ini memberi sedikit kelegaan bagi masyarakat yang tengah bersiap menghadapi lonjakan pengeluaran menjelang hari raya kurban.
Sementara itu, berbeda dengan tren kenaikan pada sayuran, harga kebutuhan pokok lainnya justru mengalami penurunan.
Salah satu komoditas yang mengalami penurunan harga adalah telur ayam ras.
Di tanggal yang sama, telur berada di kisaran harga Rp 25.000 per kilogram.
Penurunan harga ini disambut baik oleh pembeli karena bisa menjadi alternatif sumber protein dengan harga yang lebih terjangkau.
Para pedagang di Pasar Blimbing sendiri telah mempersiapkan diri untuk menghadapi fluktuasi harga yang biasa terjadi menjelang hari-hari besar keagamaan.
Mereka menyatakan siap menghadapi potensi lonjakan permintaan serta menyesuaikan harga jual dengan kondisi pasokan dari distributor maupun petani.
Kenaikan harga sayuran seperti tomat dan timun diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti berkurangnya pasokan akibat cuaca yang kurang mendukung serta meningkatnya permintaan dari masyarakat.
Selain itu, pengaruh distribusi dan logistik juga turut menentukan harga jual di tingkat pengecer.
Fenomena kenaikan harga sayur menjelang hari besar keagamaan seperti Iduladha tentu saja bukanlah hal baru.
Kondisi ini menjadi perhatian tidak hanya bagi konsumen tetapi juga pemerintah daerah dan pelaku pasar.
Langkah antisipatif seperti pemantauan harga harian, koordinasi dengan distributor, dan stabilisasi stok menjadi sangat penting untuk menjaga kestabilan pasar.
Dengan kondisi harga yang fluktuatif ini, masyarakat diimbau untuk tetap bijak dalam berbelanja dan memprioritaskan kebutuhan pokok yang mendesak.
Bagi pedagang, menjaga transparansi harga serta menyediakan variasi komoditas dalam berbagai kelas mutu bisa menjadi cara untuk tetap menjaga kepercayaan pembeli.***