UMKMJATIM.COM – Perkembangan Kota Batu yang pesat membawa kota ini menjadi destinasi wisata agrobisnis populer di Jawa Timur, tetapi semangat bertani tetap dijaga dengan pendekatan yang lebih modern dan juga relevan.
Hal ini disampaikan oleh Wali Kota Batu, Nurochman, saat membuka kegiatan “Pelatihan Literasi Smart Farming dan Hidroponik” yang digelar di Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Batu pada Kamis, 19 Juni 2025.
Pelatihan ini diikuti oleh 35 peserta dari kalangan masyarakat umum.
Melalui kegiatan ini, Pemerintah Kota Batu berupaya menghidupkan kembali semangat bertani dalam bentuk yang lebih adaptif dan futuristik, yakni dengan teknologi pertanian cerdas (smart farming) dan sistem tanam hidroponik.
Wali Kota Batu menekankan bahwa bertani saat ini tidak harus dilakukan di lahan luas atau berlumpur.
Dengan kemajuan teknologi, siapa saja bisa memulai pertanian bahkan dari rumah, pekarangan kecil, atau balkon apartemen.
Menurutnya, ini adalah cara baru dalam melihat pertanian sebagai bagian dari gaya hidup modern yang tetap mempertahankan identitas agraris Kota Batu.
Ia juga menyampaikan bahwa pertanian tidak hanya menjadi cerita masa lalu kota ini, seperti kejayaan apel Batu, tetapi juga merupakan masa depan yang harus dijaga dan dikembangkan.
Dalam pidatonya, ia terinspirasi dari kisah Isaac Newton yang ia baca dari buku di perpustakaan keliling semasa kecil, menggambarkan pentingnya ilmu dan inovasi untuk menjawab tantangan zaman.
Pelatihan ini menghadirkan narasumber dari kalangan muda, yaitu Rakhmad Hardiyanto, seorang praktisi pertanian modern dari generasi milenial,
serta Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Esti Dwiastuti.
Para peserta bukan sekadar mendapatkan teori tentang pertanian hidroponik dan juga smart farming, tetapi juga memiliki kesempatan langsung untuk mempraktikkannya.
Mereka bahkan mendapatkan media tanam yang bisa digunakan untuk memulai menanam di rumah masing-masing.
Wali Kota juga menekankan akan pentingnya membangun ketahanan pangan yang berbasis komunitas.
Menurutnya, perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, seperti menanam sayur dari botol bekas atau memanfaatkan lahan sempit di rumah.
Ia ingin menjadikan pertanian sebagai bagian dari budaya urban yang tidak hanya fungsional, tetapi juga membanggakan dan penuh inovasi.
Dalam penutup sambutannya, Wali Kota mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjadikan pertanian sebagai kekuatan dari dalam kota.
Ia berharap, Batu bisa dikenal bukan hanya karena keindahan wisatanya, tetapi juga karena kemampuannya membangun kota yang mandiri pangan melalui teknologi dan semangat gotong royong.
Pelatihan ini menjadi bukti nyata bahwa pertanian modern bukan sekadar wacana, tapi sudah mulai diterapkan dan bisa diakses oleh siapa saja.
Dengan konsep smart farming dari rumah, masyarakat Kota Batu kini dapat ikut berperan dalam menjaga keberlanjutan pangan dan memperkuat identitas agraris di tengah era digital.***