Perajin Tempe Ponorogo Mengeluh, Harga Kedelai Impor Naik

Redaksi UMKM JATIM

- Redaksi

Thursday, 1 May 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

UMKMJATIM.COM – Kenaikan harga kedelai impor berdampak serius terhadap kelangsungan usaha perajin tempe di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Mereka kini harus memutar otak agar tetap bisa bertahan di tengah lonjakan biaya produksi yang tidak sebanding dengan daya beli masyarakat yang sedang lesu.

Di Desa Wotan, Kecamatan Pulung, salah satu perajin tempe bernama Suwandi mengaku harus menyiasati kondisi sulit tersebut dengan mengecilkan ukuran tempe yang diproduksinya.

Langkah ini diambil untuk menghindari kerugian tanpa harus menaikkan harga jual, yang dikhawatirkan justru akan membuat konsumen enggan membeli.

Suwandi menuturkan bahwa sebelumnya harga kedelai impor masih berkisar di angka Rp9.200 per kilogram.

Namun menjelang momentum Lebaran 2025, harga tersebut melonjak secara bertahap hingga mencapai Rp10.500 per kilogram.

Baca Juga :  Pemkot Kediri Salurkan Bantuan Pangan untuk Balita Stunting, Dukung Gizi Seimbang dan Tumbuh Kembang Optimal

Kenaikan ini sangat terasa membebani usaha rumahan yang selama ini menjadi sumber penghasilan utama para perajin tempe.

Menurutnya, menyesuaikan harga tempe ke konsumen bukan pilihan bijak karena masyarakat juga sedang mengalami penurunan daya beli.

Maka dari itu, satu-satunya cara yang dianggap paling memungkinkan adalah dengan mengecilkan ukuran tempe tanpa mengubah harga jual di pasar.

Keluhan serupa juga datang dari Sugiyanti, perajin tempe lainnya yang juga berasal dari Ponorogo. Ia mengungkapkan bahwa kondisi pasar saat ini sangat sepi.

Di tengah sulitnya pemasaran produk, ia dihadapkan pada kenyataan bahwa biaya produksi terus meningkat seiring dengan naiknya harga bahan baku utama.

Biasanya, saat harga kedelai masih tergolong stabil dan murah, Sugiyanti bisa membeli lebih dari satu ton untuk dijadikan stok.

Baca Juga :  Bank Jatim Bagikan Dividen Rp821,49 Miliar, Cetak Laba Rp1,28 Triliun di Tahun Buku 2024

Namun kini, dengan harga yang merangkak naik, ia terpaksa mengurangi jumlah pembelian menjadi setengahnya.

Bahkan, demi menjaga loyalitas pelanggan, ia juga mengambil langkah serupa dengan memperkecil ukuran tempe yang dijual.

Sugiyanti menambahkan bahwa menaikkan harga jual tempe bukanlah solusi karena konsumen sudah banyak mengeluhkan harga kebutuhan pokok yang naik secara umum.

Kondisi ini menjadi pukulan berat bagi para perajin tempe yang menggantungkan hidup pada usaha produksi kedelai fermentasi tersebut.

Mereka berharap agar pemerintah bisa mengambil langkah konkret untuk menstabilkan harga kedelai impor, atau memberikan dukungan bagi produsen tempe lokal agar tetap bisa bertahan.

Para pelaku UMKM di sektor pangan seperti Suwandi dan Sugiyanti kini berada di persimpangan sulit.

Baca Juga :  Petani Bluto Lebih Memilih Jagung Hibrida: Hasil Panen Melimpah dan Harga Lebih Menjanjikan

Jika kondisi ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan banyak perajin yang akan gulung tikar karena tidak mampu menutup biaya produksi yang terus membengkak.

Tingginya harga kedelai impor ini menjadi bukti rentannya sektor pangan berbasis bahan baku impor terhadap fluktuasi ekonomi dan pasar global.

Harapan terbesar mereka kini tertuju pada stabilitas harga dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada keberlanjutan usaha kecil menengah.***

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Hobi Olahraga? Ini 5 Bisnis Menguntungkan yang Cocok untuk Pecinta Aktivitas Fisik
5 Ide Usaha Menjanjikan Pasca Pensiun: Tetap Produktif di Masa Tua
7 Ide Bisnis yang Cocok untuk Introvert: Menghasilkan Tanpa Harus Banyak Interaksi
Musim Hajatan Picu Kenaikan Harga Bumbu Dapur di Sumenep: Bawang hingga Cabai Naik Drastis
Harga Cabai Rawit Turun di Pasar Induk Pare, Dampak Suplai Sulawesi dan Liburnya Pengiriman ke Kalimantan
DKPP Blitar Fokus Sejahterakan Petani Tembakau Lewat Bibit Berkualitas dan Bimtek Berkelanjutan
Koin Emas vs eGold: Mana Investasi Emas yang Cocok untuk Gaya Hidup Anda?
Kisah Inspiratif Farah Dila: Ibu Tiga Anak Sukses Bangun Bisnis Kuliner dari Rumah Lewat Media Sosial

Berita Terkait

Tuesday, 17 June 2025 - 11:00 WIB

Hobi Olahraga? Ini 5 Bisnis Menguntungkan yang Cocok untuk Pecinta Aktivitas Fisik

Tuesday, 17 June 2025 - 09:00 WIB

5 Ide Usaha Menjanjikan Pasca Pensiun: Tetap Produktif di Masa Tua

Tuesday, 17 June 2025 - 07:00 WIB

7 Ide Bisnis yang Cocok untuk Introvert: Menghasilkan Tanpa Harus Banyak Interaksi

Monday, 16 June 2025 - 21:00 WIB

Musim Hajatan Picu Kenaikan Harga Bumbu Dapur di Sumenep: Bawang hingga Cabai Naik Drastis

Monday, 16 June 2025 - 20:30 WIB

Harga Cabai Rawit Turun di Pasar Induk Pare, Dampak Suplai Sulawesi dan Liburnya Pengiriman ke Kalimantan

Berita Terbaru